Oleh : Abdurrahman MBP
Muhammad bin Abdillah Shalallahu Alaihi Wasalam, seorang hamba yang telah menjadi seorang Rasul (utusan) mulia. Dengan perantara beliau manusia dapat menikmati terang benderangnya Islam. Jasa beliau tidak bisa dihitung dengan alat hitung apapun, namun kita seringkali terjerat ke dalam sikap yang tidak tepat dalam bersikap kepada beliau. Ada yang berlebih-lebihan hingga membuat berbagai puji-pujian kepadanya yang tidak pernah beliau perintahkan. Sementara ada pula pihak yang terlalu menyepelekan kedudukan beliau. Bagaimana sebenarnya sikap kita kepada Sang Nabi Mulia Shalallahu Alaihi Wasalam?
Sejatinya beliau sudah memberikan jalan keluar, inilah sabda beliau :
لا تطروني كما أطرت النّصارى ابن مريم إنّما أنا عبد فقولوا عبد الله و رسوله
Janganlah kalian mengangkat aku di luar batas, sebagaimana Kaum Nashrani mengangkat Isa bin Maryam di luar batas. Aku hanyalah hamba (manusia biasa), maka ucapkanlah oleh kalian : Hamba Allah dan RasulNya”. HR. Al Bukhari : 3445.
Dalam Kitab Fathul Majid dijelaskan bahwa artinya : “Janganlah kalian memuji aku, lalu melampaui batas dalam pujian tersebut, sebagaimana kaum Nashrani melampaui batas tentang Isa bin Maryam, hingga mereka menyangka beliau sebagai Tuhan. Aku hanyalah seorang hamba Allah dan RasulNya, maka sifatkanlah aku sebagaimana Allah mensifati aku demikian, maka ucapkanlah : Dialah hamba Allah dan RasulNya”.
Di dalam hadits ini dinyatakan bahwa Rasulullah memiliki dua kedudukan sekaligus yaitu Kedudukan sebagai manusia seperti manusia yang lain (QS. 18 : 110) dan Kedudukan sebagai Rasul yang membawa amanah risalah dari Allah ta’ala yang harus disampaikan kepada umat manusia (QS 41 : 6)
Kedudukan Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam sebagai manusia memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
1. Beliau memiliki nama seperti manusia lain memiliki nama. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda :
أنا محمّد و أحمد و أنا الماحي الذي يمحو الله بي الكفر و أنا الحاشر الذي يحشر النّاس على قدميّ و العاقب الذي ليس بعده نبيّ
Saya Muhammad dan Ahmad. Saya Al Mahy yang berarti Allah hapuskan kekufuran denganku. Aku Al Hasyir yang berarti manusia akan digiring di atas dua tumitku. Dan Saya Al `Aaqib yang berarti tidak ada nabi setelahku”. (Hr. Al Bukhari : 8 / 492 Muslim : 2354 At Tirmidzi : 2842 dan Imam Ahmad dalam Musnadnya : 4 / 80)
Abu Musa Al Asy`ari berkata : Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam menyebutkan nama-nama beliau sendiri dengan sabdanya
أنا محمّد و أحمد و المقفّي و الحاشر ونبيّ التّوبة و نبيّ الرّحمة
Saya Muhammad, Ahmad, Al Muqaffi, Al Hasyir, Nabiyyut Taubat dan Nabiyyur Rahmat”. (Hr. Muslim : 2 / 336)
Abdullah bin `Amr ra berkata :
Aku membaca sifat Nabi Shalallahu Alaihi Wasalam di dalam kitab Taurat : Muhammad Rasulullah, hambaKu dan utusanKu. Aku namai dia Al Mutawakkil”. (HR. Al Bukhari : 8 / 450 dan Imam Ahmad dalam Al Musnad : 2 / 174)
2. Beliau tidak mengetahui yang ghaib. (QS. 7:188)
3. Beliau tidak memberikan manfa`at dan mudharat kecuali atas izin Allah I. (QS. 7 : 188)
4. Beliau memiliki tabi`at-tabi`at kemanusiaan seperti yang dimiliki oleh rasul-rasul lain yang juga manusia. Seperti makan, minum, tidur, menikah, lupa, terluka bahkan mati dan lain-lain. (QS. 21 : 7-8, 83-84) (13 : 38) (26 : 79 : 81) (39 : 30) (3 : 144) (28 : 27-28).
Maka amat keliru pandangan beberapa aliran keagamaan yang berkisar masalah ini antara lain :
1. Mereka yang beranggapan bahwa Nur Muhammad telah diciptakan sebelum Adam
2. Isi shalawat yang tidak dicontohkan oleh beliau Shalallahu Alaihi Wasalam.
3. Bertemu dengan Muhammad dalam keadaan terjaga. (bukan mimpi)
4. Membuat nama untuk Muhammad dengan nama-nama yang tidak disebutkan oleh Allah dan Rasulullah.
5. Keturunan Muhammad (Habaib) makshum (tidak mungkin melakukan kesalahan atau tidak mengapa melakukannya). dll
Kedudukan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.
1. Definisi Nabi dan Rasul.
Nabi (النبي ) berasal dari kata An Naba (النّباء ) yaitu berita. (Qs. 78 : 1-2). Pendapat lain mengatakan bahwa Nabi diambil dari kata An Nabwah yaitu sesuatu yang meninggi dari permukaan bumi. Sedangkan Ar Rasul (الرسول ) menurut bahasa adalah pengarahan (التّوجيه ). (Qs. 27 : 35) Pendapat yang mengatakan tidak ada perbedaan antara Nabi dan Rasul merupakan pendapat yang tidak tepat didasarkan pada dalil-dalil antara lain : (Qs. 22 : 52) (Qs. 19 : 51).
Bahkan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam menyebutkan bahwa jumlah para Nabi adalah 124.000 orang dan jumlah para rasul adalah 310 orang lebih. (HR. Ahmad dalam Musnadnya dengan isnad yang shahih).
Begitu pula pendapat yang berkembang di kalangan sebagian ulama bahwa Rasul adalah orang yang diberi wahyu dengan sebuah syar`iat dan diperintahkan untuk menyampaikannya, sedangkan Nabi adalah seseorang yang diberi wahyu dengan sebuah syar`iat akan tetapi tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Pendapat ini tidak tepat dengan tiga alasan :
a. Sesungguhnya Allah menetapkan bahwa Dia mengutus para Nabi sebagaimana diutusnya para Rasul. (QS. 22 : 52) maka jika asasnya adalah pengutusan untuk disampaikan maka Nabipun diperintahkan untuk menyampaikan.
b. Tidak menyampaikan wahyu kepada manusia berarti menyembunyikan wahyu Allah ta’ala, sedangkan Dia tidak menurunkan wahyuNya untuk disembunyikan dan hanya dipendam di dalam dada seseorang, kemudian dia mati dengan membawa ilmu dari wahyu tersebut.
c. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda : “Umat-umat yang lalu dipamerkan kepadaku, lalu aku melihat seorang nabi bersama dengan banyak pengikutnya, seorang nabi dengan satu dua orang pengikutnya dan seorang nabi yang sama sekali tidak memiliki pengikut”. (HR. Al Bukhari, Muslim, At Tirmidzi dan An Nasai)
Ta`rif yang paling tepat tentang Nabi dan rasul adalah sebagai berikut :
"الرّسول من أوحي إليه بشرع جديد و النّبيّ هو المبعوث لتقرير شرع من قبله
Rasul diberi wahyu dengan syari`at yang baru dan Nabi diutus untuk mengokohkan syari`at sebelumnya”. Para Nabi dan Rasul yang disebutkan di dalam Al Qur`an:
a. Adam (Qs.3 : 33)
b. Hud (Qs. 11 : 50)
c. Shalih (Qs. 11 : 61)
d. Syu`aib (Qs. 11 : 84)
e. Isma`il, Idris dan Dzul Kifli (21 : 85)
f. Muhammad (Qs. 48 : 29)
g. Ibrahim, Ishaq, Ya`qub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, Harun, Zakaria, Yahya, `Isa, Ilyas, Ilyasa`, Yunus, Luth (Qs. 6 : 83 : 86)
Nabi yang disebutkan dalam As Sunnah adalah Yusya` “Sesungguhnya matahari tidak ditahan kecuali untuk Yusya` beberapa malam yang berjalan menuju Baitul Maqdis”. (Hr. Ahmad menurut syarat Al Bukhari).
Nabi yang diragukan kenabiaannya menurut As Sunnah adalah Dzulqarnain dan Tubba`. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda : “Aku tidak tahu, apakah Tubba` itu seorang Nabi atau bukan dan aku tidak tahu apakah Dzulqarnain itu adalah nabi atau bukan”. (HR. Hakim dan Al Baihaqi dengan sanad yang shahih).
Sedangkan Khidir adalah seorang Nabi menurut pendapat jumhur ulama yang lebih kuat berdasarkan dalil-dalil antara lain :
a. (QS. 18 : 65)
b. (QS. 18 : 66-70)
c. (QS. 18 : 82)
Beberapa keistimewaan yang dimiliki oleh para Rasul adalah ;
1. Mendapatkan wahyu. (QS. 18 : 110)
2. Ishmah (terjaga dari kesalahan)
3. Di saat tidur, mata mereka yang tertidur akan tetapi hati mereka tidak.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda :
و كذلك الأنبياء تنام أعينهم و لا تنام قلوبهم
…Demikian pula para Nabi mata-mata mereka tertidur, sedangkan hati-hati mereka tidak tertidur”. (Hr. Al Bukhari / Fathul Bari : 6 / 579)
4. Ketika mati para Nabi diminta memilih antara dunia dan akhirat. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda :
ما من نبيّ يمرض إلاّ خيّر بين الدّنيا و الآخرة
Tidak ada satu orang Nabipun yang sedang sakit (sekarat) kecuali dipilihkan antara dunia dan akhirat”. (Hr. Al Bukhari dan Muslim)
5. Seorang Nabi tidak dikubur kecuali dimana mereka wafat. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda :
لم يقبر نبيّ إلاّ حيث يموت
Seorang Nabi tidak dikubur kecuali dimana dia mati”. (Hr. Imam Ahmad dengan sanan yang shahih).
6. Tanah tidak akan memakan jasad-jasad mereka. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda :
إنّ الله حرّم على الأرض أن تأكل أجساد الأنبياء
Sesungguhnya Allah mengharamkan tanah untuk memakan jasad-jasad para nabi”. (Hr. Abu Daud dan An Nasai serta dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan lain-lain)
7. Para Nabi hidup di dalam kubur-kubur mereka. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda :
االأنبياء أحياء في قبورهم يصلّون
Para Nabi itu hidup di dalam kubur-kubur mereka dalam keadaan shalat”. (Hr. Jama`ah)
Karena itu hendaklah kita bisa menempatkan para nabi termasuk Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam sebagaimana yang telah dijelaskan oleh syariat Islam yang mulia ini. Inilah bukti cinta kita kepada Sang Nabi tercinta….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...