Oleh
: Abu Aisyah
Paradigma kita
terhadap sikap orang lain akan sangat menentukan sikap kita terhadap orang
tersebut. Paradigma yang saya maksud adalah berbagai pengalaman dan cara
pandang kita yang membentuk satu persepsi terhadap orang lain yang muncul
secara sadar ataupun tidak sadar dalam diri kita. Setiap sikap orang lain
kepada kita akan dimaknai sesuai dengan paradigma diri kita terhadap orang
tersebut. Dari sinilah muncul apa yang disebut dengan pemaknaan subyektif,
dikatakan subyektif karena ia hanya didasarkan kepada paradigma kita sendiri
tanpamelihat kenyataan dan kemauan dari orang lain tersebut. Sebagai contoh
ketika ada seseorang yang memukul kita bisa jadi paradigma kita akan segera
muncul, “Dia memukul saya sebagai tanda kedekatannya” paradigma ini akan muncul
ketika orang yang memukul tersebut adalah orang yang sudah kita kenal. Bagaimana
jika yang memukul tersebut adalah orang yang belum kita kenal? Paradigma kita
akan segera terbentuk dengan sikap dari orang tersebut, bisa jadi dia orang
jahat, orang gila atau orang yang punya dendam terhadap kita. Demikian juga paradigma
buruk kita akan segera muncul ketika melihat seorang laki-laki yang berada di
lokalisasi tempat maksiat. Padahal belum tentu dia akan atau sedang berbuat
maksiat, bisa jadi dia adalah seorang mahasiswa atau peneliti yang sedang
melakukan penelitian.
Dalam rumah
tangga paradigma kita juga akan sangat menentukan sikap kita terhadap pasangan.
Secara subyektif kita akan sangat kesulitan ketika menyikapi pasangan kita? Apakah
ia benar-benar perhatian atau ada sesuatu di belakangnya? Apakah dia cerewet
atau perhatian? Untuk mengetahui perbedaannya tentu saja paradigma kita akan
sangat menentukan sikap kita. Bersikap subyektif dalam tataran tertentu sah-sah
saja, namun berfikir lebih obyektif tentu lebih utama. Apalagi jika hal ini
berlaku dalam keluarga, seringnya terjadi salah paham adalah karena tidak
adanya paradigma dan sikap obyektif yang ada pada diri kita, sehingga setiap
sikap kita hanya didasarkan kepada paradigma, cara pandang dan pengalaman kita
selama ini, tanpa ada usaha untuk mengecek atau tabbayun dengan kenyataan yang
ada.
Kesalahan dalam
menggunakan paradigma bisa jadi akan mengakibatkan sikap kita yang salah
terhadap pasangan kita dan orang lain. Apalagi jika sikap subyektif kita
seringkal;i dibumbui dengan perasaan tidak suka, dendam dan tidak nyaman dengan
seseorang. Oleh karena itu sudah selayaknya ketika pasangan kita cerewet jangan
dianggap hal positif dulu, bisa jadi dia memang perhatian dengan kita. Percaya
gak? Mari berbagi cerita....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...