Oleh : Zahara Dina Kamalia
Ratu balqis adalah seorang ratu
negri Saba’, atau Balqis Binti Syurahil. sebuah kerajaan yang besar dan mewah.
Tahtanya megah dan berkilauan permata dan berlian. Ratu Balqis ialah
ratu pada zaman Nabi Sulaiman A.S. Ratu dan rakyatnya tidak
mengenal Tuhan Pencipta alam semesta yang telah mengurniakan mereka kenikmatan
dan kebahagian hidup. Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya,
tetapi kepada matahari. Mereka bersujud kepadanya dikala terbit dan terbenam.
Mereka telah disesatkan oleh syaitan dari jalan yang lurus dan benar.
Negeri
Saba’ aman dan makmur (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur) di masa
pemerintahan ratu Balqis. Kerajaan Saba’ berdiri pada abad VIII SM, pengaruh
kekuasaannya mencakup Ethiopia dan salah satu negeri yang sangat terkenal
ketika itu yaitu Ma’rib dengan bendungan yang sangat besar.
Ratu
Balqis memiliki keterbukaan pemikiran dan sikap untuk menerima sesuatu yang
baru, yang diyakini kebenarannya. Ini merupakan salah satu indikator sebagai
pemimpin yang dinamis. Dia juga memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang ideal,
seperti berwibawah, jujur, bijaksana, melindungi rakyat, berani dan mampu
mengatasi kesulitan, bertanggung jawab atas keputusan yang diambil, berjiwa
besar dan dinamis.
Pengalaman Ratu Balqis menemukan kepercayaan tauhid
setelah berdialog dengan realitas yang menunjukkan kemahakuasaan Allah,
memantapkan langkahnya untuk mengajak rakyat Saba’ kepada akidah yang benar. Maka, di bawah kepemimpinan ratu Balqis
negara Saba’ menjadi negeri yang sangat makmur dan rakyatnya mendapat
kesejahteraan lahir batin.
Kisah tentang Ratu Balqis dalam al-Qur’an
terkait dengan kisah kerasulan nabi Sulaiman AS putra nabi Daud.
Informasi tentang ratu Balqis yang berkuasa di negeri Saba’ ini diterima nabi
Sulaiman, secara tidak diduga sebelumnya dari burung Hudhud. Burung Hudhud
ini merupakan bagian dari bala tentara kerajaan nabi Sulaiman. Dikisahkan dalam
suatu perjalanan nabi Sulaiman dengan bala tentaranya dan setibanya di tempat
tujuan ia mengadakan inspeksi terhadap pasukannya. Ketika memeriksa barisan
burung-burung, ia tidak mendapati burung Hudhud. Hal ini sebagaimana yang
diterangkan dalam al-Qur’an:
Dan dia memeriksa burung-burung lalu
berkata,” Mengapa aku tidak melihat Hudhud, apakah ia termasuk yang tidak
hadir? Sesungguhnya aku benar-benar akan menyiksanya dengan siksa yang pedih
atau aku benr-benar akan menyembelihnya kecuali jika benar-benar dia datang
kepadaku dengan bukti yang terang. QS an-Naml/27: 21
Dalam ayat di atas dinyatakan bahwa setelah
memeriksa barisan bala tentaranya namun nabi Sulaiman tidak menemukan burung
Hudhud. Lalu ia bertitah,” Sesungguhnya aku benar-benar akan
menyiksanya dengan siksa yang pedih atau aku benar-benar akan menyembelihnya
kecuali jika benar-benar dia datang kepadaku dengan bukti yang terang”,yakni
alasan yang jelas yang dapat diterima. Lalu tak lama berselang
datanglah si burung Hudhud. Ia membawa berita yang belum diketahui oleh nabi
Sulaiman sebelumnya. Yaitu tentang negeri Saba’ yang diperintah oleh seorang
wanita, yang konon bernama Balqis binti Syurahil. Sang ratu dianugerahi segala
sesuatunya yang dapat menjadikan kekuasaannya langgeng, kuat dan besar.
Misalnya tanah yang subur, penduduk yang taat, kekuatan bersenjata yang tangguh
serta pemerintahan yang stabil. Serta ia mempunyai singgasana yang besar
sebagai cerminan kehebatan kerajaannya, sebagaimana yang dijelaskan dalam
firman Allah:
Maka tidak lama
kemudian lalu(burung Hudhud)berkata, ”Aku telah mengetahui sesuatu yang engkau
belum mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari Saba’ suatu berita yang
meyakinkan. Sesungguhnya aku menjumpai seorang perempuan yang memerintah
mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang
besar.” QS an-Naml/27: 22-23
Lalu burung Hudhud melanjutkan
ceritanya; setelah menjelaskan keunggulan kerajaan Saba’ tersebut secara
material, ia kemudian menguraikan kelemahannya secara spritual. Bahwa sang ratu
dan kaumnya beribadah dengan menyembah matahari—menyembah selain Allah subhanahu
wata’ala, sebagaimana dalam firman Allah selanjutnya:
“Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah
matahari, selain Allah: dan setan telah menjadikan mereka memandang indah
perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan Allah, sehingga
mereka tidak mendapat petunjuk. Agar mereka tidak menyembah Allah. Yang
mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa
yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Allah, tiada Tuhan (yang
berhak disembah) kecuali Dia, Tuhan yang mempunyai arasy yang besar.” QS an-Naml/27: 24-26
Setelah mendengarkan laporan dari burung
Hudhud tentang keyakinan yang batil dalam suatu masyarakat—yakni kerajaan
Saba’yang merupakan sebuah kerajaan besar dan kuat, yang mereka berada tidak
jauh dari pusat kekuasaan nabi Sulaiman di Palestina; nabi Sulaiman selaku nabi
dan rasul yang bijaksana, ia tidak terburu-buru dalam mengambil suatu
keputusan. Untuk mengklarifikasi berita yang dibawa oleh burung Hudhud serta guna
memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang masyarakat tersebut lalu ia
merintahkan burung Hudhud untuk membawa suratnya kepada mereka.
Lalu mencari tau apa yang mereka diskusikan menyangkut isi surat itu.
Sebagaimana firman Allah:
Berkata Sulaiman: ”Akan kami lihat, apa
kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta. Pergilah dengan
membawa suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian berpalinglah dari
mereka lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan.” QS
an-Naml/27: 27-28
Setelah burung Hudhud berangkat ke negeri
Saba’ dengan membawa surat dari nabi Sulaiman. Ia menjatuhkan surat itu kepada
sang ratu yang kemudian langsung membuka dan membacanya. Lalu ratu Balqis
pengumpulkan para pejabat teras dan para penasehatnya untuk bermusyawarah.
Bahwa ia telah menerima surat dari Sulaiman yang mengajak mereka berserah diri,
memeluk agama tauhid. Sebagaimana diceritakan pada ayat selanjutnya:
Berkata Balqis: “Hai
pembesar-pembesar, sesungguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuat surah yang
mulia. Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya: Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu
sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang
yang berserah diri. QS an-Naml/27: 29-31
Selanjutnya ratu Balqis berdiskusi dan
jajarannya bagaimana menanngapi surat tersebut.
Berkata Balqis: “Hai para pembesar! Berilah
aku pertimbangan dalam urusan ini aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan
sebelum kamu berada dalam majelis (ku).” Mereka menjawab: ”Kita adalah
orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga keberanian yang sangat dalam
peperangan, dan keputusan berada ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang
kamu perintahkan.” Dia berkata:” Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu
negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia
menjadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya
aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan
menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan ini.” QS an-Naml/32-35
Ini menunjukkan betapa besar usaha ratu
Balqis untuk mengungkapkan apa yang belum ia ketahui tentang nabi Sulaiman
sehingga ia mengadakan musyawarah dengan para petinggi kerajaannya untuk
meminta pendapat dan pandangan mereka. Mereka mengatakan kita
adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan juga keberanian yang sangat dalam
peperangan, dan keputusan berada ditanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang
kamu perintahkan.Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya serta mengingat
kehancuran dan penderitaan rakyatnya yang akan terjadi akibat peperangan karena raja-raja
apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan
penduduknya yang mulia menjadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka
perbuat, maka ratu Balqis terlebih dahulu mencoba jalan damai. Yaitu dengan mengirim
utusan kepada mereka dengan membawa hadiah, dan aku akan menunggu apa yang akan
dibawa kembali oleh utusan-utusan ini.Balqis menguji terlebih dahulu
tentang kebenaran Sulaiman. Apabila Sulaiman seorang nabi tentulah ia akan
menolak hadiah tersebut namun sebaliknya jika ia mengambilnya tentulah ia bukan
seorang nabi[12]. Dengan demikian untuk mengulur waktu
melihat tanggapan dari Sulaiman dan memikirkan lebih lanjut tentang langkah
yang akan diambil, antara berperang atau damai.
Firasat ratu Balqis tentang kenabian
Sulaiman begitu kuat, karena Sulaiman menolak hadiahhadiah yang dibawakan oleh
utusannya.
Nabi Sulaiman menyurati mereka untuk datang
dan berserah diri kepadanya bukanlah karena harta sehingga iapun menolaknya.
Tapi karena semua itu karena ketaatan kepada Allah. Dapat dikatakan di sini
bahwa hadiah tersebut merupakan sogokan yang bertujuan menghalangi Sulaiman
dalam melaksanakan kewajibannya. Selanjutnya nabi Sulaiman memerintahkan
kepada pimpinan rombongan kerajaan Saba’ bahwa kembalilah kepada
mereka yakni ratu dan mereka yang taat kepadanya.
Al-Qur’an tidak menjelaskan apa yang
terjadi setelah penolakan hadiah ratu Balqis tersebut. Namun dapat diasumsikan
bahwa utusan kerajaan Saba’ tersebut menyampaikan hasil pertemuannya dengan
Sulaiman kepada sang ratu. Sebagian riwayat menyatakan bahwa menyadari bahaya
yang akan mengancam kelangsungan kerajaannya, maka ratu Balqis menyurati
Sulaiman bahwa ia akan mendatangi kerajaan Sulaiman. Cerita selanjutnya bahwa
nabi Sulaiman memerintahkan agar singgasana ratu Balqis diangkut ke kerajaannya
di Palestina sebelum rombongan mereka sampai.
Berkata Sulaiman:” Hai pembesar-pembesar,
siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya sebelum
mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.Berkata Ifrit
(yang cerdik) dari golongan jin:” Aku akan datang kepadamu dengan membawa
singgasana itu kepada sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya
aku benar-benar kuat untuk membacanya lagi dapat dipercaya.”Berkatalah seorang
yang mempunyai ilmu dari al-Kitab:” Aku akan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak
di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku
apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang
bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri, dan
barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi
Mahamulia.” QS an-Naml/38-40
Perintah nabi Sulaiman ini disanggupi oleh
Ifrit bahwa ia akan datang kepadamu dengan membawa singgasana
itu kepada sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu;untuk pulang beristirahat.
Konon nabi Sulaiman itu berkantor dari pagi hingga siang hari. Jika demikian
berarti Ifrit akan mengangkut singgasana itu membutuhkan waktu setengah hari.
Ulama berpendapat bahwa permintaan nabi
Sulaiman itu bertujuan untuk menunjukkan kepada ratu Balqis betapa besar
kekuasaan dan anugerah Allah yang telah dikaruniakan-Nya kepada nabi
Sulaiman agar mereka dapat sadar akan kelemahan serta ketidakberdayaannya lalu
tunduk menyembah Allah.
Tatkala singgasana tersebut telah berada di
hadapan nabi Sulaiman, lalu ia memerintahkan untuk memberikan sedikit
“sentuhan” untuk membuat perubahan pada singgasana tersebut.
Dia berkata:”Ubahlah baginya singgasana,
maka kita akan melihat apakah dia mengenalnya ataukah dia termasuk orang-orang
yang tidak mengenalnya.”Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya:
“Serupakah ini dengan singgasanamu? Dia menjawab,”Seakan-akan singgasana ini
singgasanaku, kami diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang
yang berserah diri.”Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah,
mencegahnya untuk melahirkan ke-Islamannya, karena sesungguhnya dia dahulunya
termasuk orang-orang yang kafir.Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam
istana!,”maka tatkala dia melihat lantai istana tersebut, dikiranya kolam air
yang besar dan disingkapnya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya
ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah berbuat zalim kepada diriku dan aku berserah diri
bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan sekalian alam.” QS an-Naml/41-44
Perubahan yang mengesankan sedikit
perbedaan dengan singgasana sang ratu. Tujuannya agar lebih lanjut kita
akan melihat apakah dia mengenalnyabahwa singgasana tersebut adalah singgasanya
yang telah diubah ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenalnya.sehingga
dapat diketahui tentang kejelian dan ketelitian ratu Balqis.
Ketika ratu Balqis sampai di istana nabi
Sulaiman, ”Serupakah ini dengan singgasanamu?” Pertanyaan itu dijawab
dengan sangat taktis, Dia menjawab, ”Seakan-akan singgasana ini
singgasanaku”. Suatu jawaban yang menunjukkan ketelitiannya juga
kekuatan mentalnya. Jawaban yang tepat pada situasi seperti yang dialaminya.
Mencermati keberadaan “singgasana”nya dan
pertanyaan nabi Sulaiman yang diajukan kepadanya menyadarkannya tentang bukti berita/
pengetahuan tentang kehebatan nabi Sulaiman yang telah mereka dengar
sebelumnya. Dan hal itu kini telah terbukti dan mereka saksikan sendiri.
Selanjutnya Balqis mengatakan kami adalah orang-orang yang berserah
diri. Dengan pengertianbahwa ia dan pengikutnya berserah diri masuk ke
dalam agama tauhid yang dibawa oleh nabi Sulaiman dan meninggalkan kepercayaan
mereka sebelumnya yang sesat.
Bahwa kepercayaan yang mereka anut selama
ini dengan menyembah mata hari, Dan apa yang disembahnya selama
ini selain Allah, mencegahnya untuk melahirkan ke-Islamannya, karena
sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.
Inilah bahagian akhir kisah tentang ratu
Balqis dalam al-Qur’an, dia lalu dipersilakan untuk memasuki istana nabi
Sulaiman. Setelah ujian yang pertama terkait dengan singgasananya
yang telah dipindahkan ke istana nabi Sulaiman dilaluinya dengan sukses, maka
tibalah ujian berikutnya terkait lantai kaca istana nabi Sulaiman. Maka
tatkala dia melihat lantai istana tersebut, yang terbuat dari kaca
yang bening. Dan konon di bawahnya mengalir air yang di dalamnya terdapat
semisal aquarium yang di huni oleh ikan-ikan. Dikiranya kolam air
yang besar dan disingkapnya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya
ia adalah istana licin yang terbuat dari kaca. Menyaksikan
kemuliaan, keagungan serta karunia Allah yang dilimpahkan kepada nabi Sulaiman,
maka berkatalah Bilqis: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
berbuat zalim kepada diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada
Allah, Tuhan sekalian alam.Ini adalah jawaban yang cerdas dan cemerlang
pemikirannya. Di saat ia harus mengaku kekuatan dan kekuasaan lawannya, ia
tidak langsung mengakui kebesaran lawannya tetapi ia merangkulnya dan
menundukkan diri kepada Zat yang lebih tinggi dari pada Sulaiman yaitu Allah
Subhanahu Wata’ala.
Adapun mengenai kelanjutan hubungan antara
nabi sulaiman dan ratu Balqis. Sebagian mufassir menyatakan bahwa hubungan
cinta antara keduanya berakhir dengan perkawinan. Mereka menikah dan menjadi
sepasang suami istri Walaupn menurut M. Quraish Shihab pembahasan tersebut
sebaiknya disingkirkan dari pembahasan tafsir.
Demikianlah al-Qur’an berceria tentang
kepemimpinan seorang perempuan dengan memberikan contoh kepemimpinan ratu
Balqis; penguasa negeri Saba’. Kisah ini menggambarkan tentang perempuan yang
mempunyai kecemerlangan pemikiran, ketajaman pandangan, kebijaksanaan dalam
mengambil suatu keputusan, dan seorang politikus ulung. Waktu ia menerima surat
dari nabi Sulaiman, ia musyawarahkan dengan para pembesar kerajaannya.
Walaupun merasa kuat dan siap untuk berperang dengan Sulaiman, namun ia
mempuyai sebuah pandangan yang jauh ke depan. Ia tak ingin kerajaannnya hancur
dan rakyatnya menderita akibat peperangan. Karena ia punya intuisi kalau
Sulaiaman adalah nabi. Melawan seorang nabi, adalah perbuatan yang sia-sia.
Seorang nabi adalah utusan Allah yang tak mungkin dapat dikalahkan karena
ia dapat pertolongan dari-Nya. Dan tidaklah bijaksana menghalangi rakyatnya
untuk menikmati kebenaran dengan berperang melawannya untuk mempertahankan
kebatilan.
Profil ratu Balqis sebagai seorang pemimpin yang adil dan bijaksana sebagimana
yang diceritakan dalam al-Qur’an di atas kemudian dijadikan patron/ kriteria
perempuan yang ideal dalam Islam. Kaum perempuan di masa Rasulullah
digambarkan sebagai perempuan yang aktif, sopan dan terpelihara akhlaknya.
Bahkan dalam al-Qur’an figur ideal seorang muslimah disimbolkan sebagai pribadi
yang memiliki kemandirian politik (al-istiqlal as-siyasah)
(QS. Al-Mumtahanah/60:12), seperti figur Ratu Balqis yang memimpin kerajaan
super power (‘arsyun ‘azhim) (QS. an-Naml/ 27:23); memiliki
kemandirian ekonomi (al-istiqlal al-iqtishadi) (QS. an-Nahl/16:97),
seperti figur perempuan pengelola peternakan dalam kisah Nabi Musa dengan putru
nabi Syu’aib di Madyan (QS. al-Qashash/28:23), kemandirian di dalam menentukan
pilihan pribadi (al-istiqlal asy-syakhshi) yang
diyakini kebenarannya, sekalipun berhadapan dengan suami bagi wanita yang sudah
kawin, (QS. at-Tahrim/66:11) atau menentang pendapat orang banyak bagi
perempuan yang belum kawin (QS. at-Tahrim/66:12), al-Qur’an mengizinkan kaum
perempuan untuk melakukan gerakan “oposisi” terhadap berbagai kebobrokan, dan
menyampaikan kebenaran (QS. at-Taubah/9:71).
Tidaklah mengherankan jika pada masa Nabi
ditemukan sejumlah perempuan memiliki kemampuan intelektual dan prestasi sosial
yang cemerlang seperti yang diraih kaum laki-laki, seperti para istri Rasul.
Dalam jaminan al qur’an, perempuan dengan leluasa memasuki semua sektor
kehidupan masyarakat, termasuk politik, ekonomi dan berbagai sektor publik
lainnya.
Pembicaraan al-Qur’an tentang ratu
Balqis juga dijadikan para ulama yang mendukung kesetaraan gender
antara laki-laki dan perempuan untuk menjustifikasi pendapat mereka bahwa
perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama menjadi kepala negara. Tentu
saja selama mereka memenuhi kriteria-kriteria yang telah digariskan.
Penutup
Demikianlah kisah seorang ratu yang
memiliki kekuasaan, namun kekuasaannya tidak menghalangi ia tunduk dan patuh
kepada kebenaran. Mudah-mudah menjadi mau’izhah hasanah bagi kita semua.Wa
Allahu a’lamu bi ash-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...