Ia panglima perang
yang berhasil membebaskan beberapa kawasan Barat. Saat berada di puncak
kekuasaan, ia lebih suka memutus karirnya: pulang kampung!!
Dalam sejarah Islam, Musa Ibnu Nusair dikenal sebagai sang
pembebas yang tidak hanya memperluas daerah kekuasaan, melainkan juga
membebaskan warganya dari kezaliman. Tidak hanya itu, ia pun pembangkit,
pelindung dan penyokong peradaban serta kebudayaan.
Sangat berbeda dengan tokoh-tokoh sejarah lain, seperti
Jenghis Khan, Hulagu, Atilla, atau Hanibal, yang menjajah dan menghancurkan
peradaban dan kebudayaan bangsa-bangsa yang mereka taklukkan. Di bawah
kekuasaan Musa bin Nusair, Eropa khususnya Spanyol, mengalami kemajuan pesat
dalam bidang ilmu pengetahuan dan budaya, sehingga negeri Matador itu mencapai
puncak kemajuan.
Musa Ibnu Nusair lahir pada 640 M. Ia putra seorang kepala
polisi dalam pemerintahan Abdul Malik. Musa kecil tumbuh menjadi anak pemberani
dan cerdas. Bakat kepemimpinannya tampak sejak ia masih muda. Tak heran jika
Khalifah Abdul Malik mengangkatnya sebagai pengurus Pajak di Basrah, Irak.
Karena berhasil menjalankan tugas dengan baik, belakangan ia ditunjuk sebagai
Raja Muda, semacam Gubernur di Afrika.
Ia memerintah daerah yang sangat luas, mulai perbatasan
Mesir hingga pantai laut Atlantik yang ia kendalikan dari Al-Qayrawan, Irak.
Sikapnya tegas dalam memerintah dan melakukan pembaharuan dalam segala bidang
pemerintahan. Melalui serangkaian operasi yang berani, bersama anak-anaknya ia
mematahkan perlawanan kaum barbar, mengusir orang-orang Yunani yang banyak
mengganggu dan mengamankan seluruh negeri dari tindak kejahatan dan serangan
musuh. Karena ia memerintah dengan bijak dan suka damai, kaum barbar justru
senang kepadanya.
Mereka menganggapnya sebagai pemimpin terkemuka sekaligus
sebagai panglima yang gagah berani. Persamaan, persaudaraan, keadilan dan
toleransinya terhadap bangsa-bangsa yang ditaklukkan, menggugah hati mereka.
Maka dalam waktu relatif singkat seluruh bangsa barbar memeluk Islam. Dan
belakangan mereka menjadi pasukan kuat yang mengibarkan panji-panji Islam
sampai ke jantung Perancis.
Beberapa tahun kemudian Musa dan pasukannya berhasil
memperluas daerah kekuasaan. Ia juga mampu menaklukkan Angkatan laut Romawi di
Laut Tengah yang sering mengganggu beberapa wilayah kekuasaan Islam di Afrika
Utara. Dalam waktu singkat ia berhasil menguasai pulau-pulau Mayorca, Minora,
Ivica di laut tengah. Di bawah kekuasaan Islam, pulau-pulau tersebut mengalami
kemajuan yang sangat berarti.
Sebagian besar masyarakatnya yang terdiri dari petani miskin
dikenakan pajak yang sangat memberatkan, sementara kalangan menengah dan atas
justru bebas dari pajak. Warga Yahudi dipaksa memeluk agama Kristen. Pendek kata
kehidupan masyarakat Spanyol sebelum dibebaskan oleh pasukan Islam sangat
berbeda dengan kehidupan tetangganya di Afrika Utara, yang makmur dan bebas
memeluk agama.
Raja Spanyol saat itu, Roderick, duduk di tampuk kekuasaan
setelah merebut tahta kerajaan Raja Witiza. Belakangan ia juga merebut Ceuta
dari kekuasaan Raja Julian, juga menculik anak gadis Julian yang bernama
Florinda. Itu sebabnya Julian kemudian minta bantuan Musa bin Nusair. Pada
tahun 710 M, atas izin dari Khalifah Walid bin Abdul Malik, alias Walid I
(86-96 H/705-715 M), Musa mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh seorang
kepercayaannya, ke Spanyol untuk menjajagi segala kemungkinan.
Setahun kemudia, Musa mengirimkan 7.000 parjurit di bawah
pimpinan Thariq Ibn Ziyad ke Spanyol. Sampai di mulut Sungai Barbate,
berkobarlah peperangan dahsyat, pasukan Thariq yang kecil jumlahnya berhadapan
dengan pasukan yang berkekuatan 100.000 balatentara Roderick.
Namun Thariq berhasil menguasai benteng pertahanan yang
berada di sebuah bukit, yang belakangan disebut sebagai Jabal Thariq, atau
dalam ejaan orang barat, Gibraltar. Beberapa saat setelah itu, ia bergerak ke
pusat kekuasaan Roderick di Spanyol. Dalam pertempuran yang sangat dahsyat,
Thariq berhasil menguasai kota-kota Sidonia, Carmona, Granada, dan Cordova.
Setahun kemudian Musa menyusul bersama 100.000 prajurit.
Dalam sebuah pertempuran yang sengit, ia berhasil menduduki kota-kota Merida,
Sionida, dan Sevila. Beberapa saat kemudian, pasukan Musa dan Thariq bergerak
ke Toledo, ibukota pemerintahan Spanyol, dan berhasil menguasainya. Dalam waktu
kurang dari dua tahun, seluruh daratan Spanyol telah berada dalam kekuasaan
Islam.
Pembebasan wilayah Spanyol itu merupakan lembaran baru yang
gemilang bagi sejarah negeri ini. Menurut sejarawan Philip K. Hitti, dalam
bukunya, “Sejarah perjuangan Bangsa Arab”, ekspedisi pasukan muslimin tersebut
mendapat tempat yang unik dalam sejarah abad pertengahan. Peristiwa itu juga
membuka era baru dimana kebenaran dan keadilan ditegakkan, kebebasan beragama dijamin.
Warga Spanyol yang bergama Yahudi dan Kristen tetap di
izinkan beribadah menurut ajaran agama masing-masing. Tapi mereka diwajibkan
membayar Jizyah, semacam pajak yang nilainya lebih ringan dibanding beban pajak
sebelumnya.
Selama dalam masa pemerintahan kaum muslimin, Spanyol
mengalami kemajuan pesat dalam bidang peradaban dan ilmu pengetahuan. Di abad
pertengahan itu wilayah pemerintahan dibagi atas empat provinsi, sementar Kota
Cordova menjadi ibukota yang termegah di dunia. Ketika itu bangsa Eropa tengah
dilanda kegelapan dan kebodohann.
Dari Spanyol pasukan Muslim memperluas daerah pembebasan
sampai ke Pyrennes, Prancil Selatan. Beberapa tahun kemudian Musa bin Nusair
membebaskan sebagian daerah perbatasan Spanyol-Portugal. Karena prestasinya yang
gilang gemilang dalam membebaskan wilayah barat itulah, Musa mendapat julukan
Al-Ghrb (sang pembebas barat).
Dari Pyrennes, Musa menyusun rencana pembebasan seluruh
Eropa. Tapi, karena berhati-hati, atau ragu-ragu, ia kehilangan kesempatan
emas. Ia keburu dipanggil pulang oleh Khalifah Walid bin Abdul Malik. Akibatnya
Eropa tetap diselimuti kegelapan sampai beberapa abad kemudian.
Sebelum meninggalkan Spanyol, Musa sempat mengangkat
anaknya, Abdullah sebagai Raja Muda Spanyol dengan pusat pemerintahan di
Sevila. Ia juga mempercayakan pemerintahan wilayah Afrika Utara kepadanya. Tapi
ketika itu jabatan Khalifah Walid sudah digantikan oleh Khalifah Sulaiman bin
Abdul Malik (96-99 H). dalam perjalanan pulang ke Damaskus, sang Khalifah yang
baru tidak mau menerima kehadiran Musa bin Nusair dengan baik. Ia agaknya iri
terhadap prestasi Musa, bahkan curiga jangan-jangan panglima yang terkenal itu
akan menggulingkannya.
Akhirnya lewat jalan licik, Sulaiman melenyapkan Musa pada
tahun 98 H/16 M, seorang panglima, pembebas, dan pejuang yang ikhlas, telah
gugur. Meski tidak gugur di medan perang, mujahid besar ini adalah Syuhada,
yang telah mengemban dakwah dan pengembangan Islam ke daratan benua Eropa
Sumber : http://www.sufiz.com/kisah-mujahid/musa-ibnu-nusair-sang-mujahid-pembebas-spanyol.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...