Oleh : Abdurrahman
Bagi warga Garut dan Jawa Barat umumnya tentu tidak asing
lagi dengan Candi Cangkuang, sebuah candi yang menjadi satu-satunya candi di
Jawa Barat yang saat ini direkonstruksi kembali. Jum’at 30 Nopember 2012 ini
saya berkesempatan mendatangi candi ini. Tentu saja tujuan utama saya bukan
untuk ke candi tapi lebih ke Kampung Adat Pulo sebagai salah satu obsesi saya
untuk mengeksplorasi seluruh kampung adat di Jawa Barat.
Pada tulisan ini saya hanya ingin mengajak pembaca untuk
melihat dan menafsirkan gambar ini, sebuah Candi yang berdiri kokoh (tentunya
hasil rekonstruksi) yang bersebelahan dengan makam seorang Ulama luar biasa
(saya sebut luar biasa karena beliau adalah The Great Islamic Writer)
yaitu Eyang Dalem Arif Muhammad. Secaa historis disebutkan bahwa candi ini
dibangun pada abad ke-VIII, sementara makam dibangun abad ke-XVII. Sebuah jarak
yang cukup jauh untuk menyebut sebagai sebuah harmoni, namun bukan berarti
nilai harmoni itu tidak ada. Lihat saja bagaimana dua keyakinan yang berbeda
bisa bersama yang hanya dibatasi oleh pagar pendek.
Sebuah harmoni yang luar biasa antara Hindu dan Islam terjadi
di sini, hal semakin nyata ketika ada beberapa warga Hindu yang bersembahyang
di sini, sementara di sebelahnya umat Islam melakukan ziarah makam. Pemandangan
yang tidak akan pernah didapatkan di wilayah lainnya, apalagi jika melihat
bahwa makam tersebut adalah makam dari ulama besar yang menjadi leluhur bagi
Kampung Pulo.
Di balik fenomena fisik ini tentu saja ada banyak hal yang
belum terungkap, misalnya saja dalam proses pemilihan lokasi bagi Kampung Pulo.
Menurut sumber tradisional bahwa pemilihan suatu lokasi untuk dijadikan tempat tinggal
apalagi sebuah kampung tidaklah sembarang. Ia memerlukan adanya olah bathin
untuk mendapatkan tempat yang cocok, tidak hanya perhitungan secara ekologis,
namun nilai dan keyakinan spiritual sangat mempengaruhi pemilihan lokasi
sebagai kampung. Maka pemilihan Kampung Pulo oleh sesepuhnya merupakan
pemilihan yang tidak sembarang, ia telah diperhitungkan secara olah lahir dan
olah bathin. Dari sini dapat dikathui bahwa pemilihan lokasi Kampung Pulo yang
terdapat di dalamnya candi telah disadari dan bahkan bisa menjadi alasan kuat
kenapa para sesepuh tinggal di sini.
Selain itu adanya candi dan makam yang bersebelahan ini juga
mengindikasikan bagaimana dialog Islam dan budaya Hindu waktu itu yang
mengedepankan toleransi dan upaya damai dalam berdakwah, ini barangkali inti
dari tulisan ini. Islam hadir ke Indonesia tidak pernah membawa kekerasan dan
pemaksaan, Islam hadir membawa cahaya perdamaian dan sikap menghormati agama
dan kepercayaan lainnya. Sehingga sampai hari ini candi ini tetap berdiri kokoh
dan makam yang ada di sebelahnya-pun tetap ada. Keharmonisan yang seharusnya
bisa kita wariskan kepada generasi selanjutnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...