Oleh : Alifudin
Kajian atau
studi perbandingan yang menggunakan data ethnografi, maka outputnya adalah: hukum-hukun
tentang gejala kebudayaan. Ethnografi: kualitas ethnografi tidak selalu sama
ada yang dalam dan ada yang tipis. Oleh karena itu kalau minat penelitinya di
bidang ekonomi maka kajiannya ttg, ekonomi tebal dan kajian ritualnya tipis,
persoalannya kemudian adalah bagaimana agar kajian atau deskripsinya sebanding,
disinilah kemudian para ahli ethnografi melihat pada linguistic. Pada
linguistic ada kemajuan yang bagus. Etnografi adalah kajian atau deskripsi
tentang kebudayaan, tetapi belum ada patokan dalam membuat deskripsi, oleh
karena itu kajian ini mengacu atau berkaca pada linguistic. Dalam linguistic
ada deskripsi bahasa yang disebut engan : phonemic dan phonetik
Phonemic adalah
cabang ilmu phonology yang berbicara tentang bunyi. Titik tekannya adalah pada
bagaimana mendeskripsikan bahasa agar kita dapat berbahasa dengan baik dan
benar, misalnya; through (tru-u) dan though (dou) cara
menyebukannya disebut phonemic
Sedangkan phonetic
adalah cara penulisan abjad agar cara membacanya bias sama untuk semua bangsa,
mislanya:
Yang penting dalam
ethnografi atau yang perlua dilakukan adalah deskripsi phonemic dan phonetic.
Dalam konteks ini para ethnografi memandang kebudayaan seperti model bahasa;
kebudayaan diumpamakan dengan bahasa sehingga metode ilmu bahasa digunakan
dalam kebudayaan. Pertanyaannya adalah, apakah kebudayaan seperti bahasa? Ya.
Mengapa karena belajar bahasa berarti kita belajar grammer atau sama artinya
kita belajar tentang aturan-aturan,
disinlah kemuadian terjadi redefenisi kebudayaan yaitu: kebudayaan adalah
system aturan-aturan, aturan ini adanya dalam pengetahuan, oleh karena itu para
ahli ethnosains mendefinisikan kebudayaan sebagai perangkat atau system
kebudayaan yang membimbing perilaku orang yang
mengetahui oleh karena itu untuk memahami perilaku kita harus memahami
pengetahuannya.
Dengan demikian ethnosains adalah paradigma yang bertujuan untuk
mengungkap pengetahuan suatu masyarakat. Filosofinya kebudayaan diumpamakan
seperti bahasa, karena bahasa
adalah wujud pengetahuan, asumsinya manusia memiliki
pengetahuan yang tersimpan dalam bahasa. Manusia memiliki kesadaran basisnya
adalah fenomenology. Oleh karena itu Edmund Husserl (1930) mengeritik
positivisme Ia menyatakan apakah ilmu social harus mengikuti ilmu alam. Lebih
jauh Husserl menyebutkan bahwa manusia memiliki apa yang ia sebut sebagai
consciousness of some thing (kesadaran terhadap “sesuatu”) dan sesuatu adalah
kesadaran itu sendiri yang disebut dengan
consciousness of consciousness (kesadaran tentang kesadaran). Contoh
kalau kita merenung (refleksi) kita sadar tentang apa!, kesadaran inilah yang
mengendalikan perilaku. Gejala-gejela yang hadir dalam diri kita hadir tidak
sebagaimana adanya.
Misal: sekarang kita ketemu Pak Heidy maka disini lahir kesadaran
tentang Pak Heidy. Oleh karena itu menghadapi Pak Heidy setelah kita memiliki
kedaran tentang dia akan sangat berbeda sebelum kitan memiliki kesadaran
tersebut.
Gejala itu bukan yang hadir diluar sana tetapi gejala itu adalah
yang hadir dalam kesadaran. Kesadaran ini berkembang terus karena terjadi
interaksi. Oleh karena itu melihat gejala diluar sana bukan dengan mata tetapi
dengan kesadaran; atau dengan kata lain fenomena bukan yang ada di sana
tetapi yang berada dalam kesadaran.
Alfred Scultz (Sudz): kemudian memasukkan gagasan fenomenologi
Husserl dalam ilmu social. Dalam paradigm positivism kesadaran tidak masuk
bagian dari ilmu, karena kesadaran tidak bias diobservasi, karena asumsi dasar
keilmuan dalam positivism adalah: reason and observation: dalam konsep
ini kesadaran tidak penting karena tidak bias diamati, pada tahap inilah kita
melihat peredaan antara ilmu alam dan ilmu social. Aspek consciousness inilah
yang tidak dijangkau oleh paradigm positivism.
Menurut Husserl Counciousness bisa
berupa sesuatu dan juga bias berupa tujuann (intention). Contoh; kotoran kerabau/sapi? Apa maknanya. Tidak ada maknanya bagi seorang sopir
angkot, atau penjaga toko, tetapi ketika
tahi itu oleh sopir dan penjaga took ingin menyuburkan tanamannya maka tahi
kerbau menjadi penting dan bermakna
Gunung, angina tau gejala alam tidak punya consciousness, oleh
karena itu adanya consciousness menyebabkan ilmu alam tidak bias sepenuhnya
dipakai dalam ilmu-ilmu social humaniora. Asum ethnosains bahasa menyimpan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu ethnosains menggunakan fenomenologi karena
pendekatan ini berupaya untuk mengungkap kesadaran. Apa yang ingin diungkap
oleh ethnosains, mau tidak mau kita harus focus pada salah satu bidang:
misalnya;
Pandangan masyarakat tentang lingkungan maka jawabnya ethnoecologi,
atau kita dapat memunculkan ethno-ethno
lain yang berbasis pada minat dan
kecenderungan kita masing-masing; misalnya dalam bidang fiqhi ada ethnofiqhi,
dalam bidang farmasi ada ethnofarmacologi, dalam bidang kehutanan ada ethno
forestry, dalam bidang hewan ada ethnozoologi, dalam bidang pertanian ada
ethnobotany, dalam bidang makanan ada ethno kuliner, dalam bidang seni ada
ethno art, dalam bidang sex ada ethnosexiology, dalam bidang kedokteran ada
ethnomedician, dll.
Tetapi intinya dalam ethnosains harus mendeskripsikan pengetahuan
lokal
isinya system klasifikasi, misanya system klasifikasi makhluk halus. Sistem
klasifikasi ini membimbing perilaku. Mengapa orang kampung Melayu lebih memilih
menggunakan air sunga ciliwung untuk mandi maupun minum,ketimbang air
ledeng, karena ternyata define bersih
yang kita pahami berbeda dengan yang mereka pahami berbeda/ atau define bersih
berbeda-beda. Mereka memandang air ciliwung, mengalir, bening dan tidak berbau;
ethnoecology tentang air
Etnometodologi dari Scultz kemudian di kembangkan lagi oleh Harold
Grafingkel, ethnometodologi lebih
condong kepada kajian sosiologi sedangkan ethnosains condongnya ke
anthropology.
Ethnografi studi perbandingan versus ethnografi ethnosains hasilnya
system klasifikasi. Analisis Spradley lebih pada ethnosains, dalam kajian
ethnografi yang berprespektif ethnosains maka istilah local harus muncul.
Betuk pertanyaan/wawancara
untuk menemukan jawaban
klasifikasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan, itu namanya apa? Ada
berapa jenis?, pertanyaan tentang bagaimana pandangan orang ……..?
mengandung klasifikasi, system
klasifikasi dari budaya yang diteliti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...