Selasa, 13 November 2012

Kampung Naga : Harmoni Insan dan Alam Semesta

Oleh : AM Bambang Prawiro, MEI


Perjalanan menuju Kampung Naga dapat ditempuh dari Bandung melalui dua arah, yaitu melalui Tasikmalaya dan Garut. Jika melewati Tasikmalaya maka perjalanan berjarak kurang lebih 30 KM, Jika menggunakan jalur Bandung-Garut-Singaparna maka maka jarak tempuhnya kurang lebih 160 KM, sementara dari Kota Garut berjarak 26 KM. Untuk mengetahui arah Kampung Naga maka terdapat sebuah plang yang menunjuk ke arah Kampung Naga. Memasuki lokasi Kampung Naga pengunjung disambut oleh sebuah gapura[1] dengan atap terbuat dari injuk dengan tinggi kurang lebih 5 meter. Di bagian kanan gapura terdapat pohon Caringin (Beringin) besar yang memberikan kesan sejuk, menurut Bapak Abdul Majid salah seorang pemilik kios di depan gapura, pohon caringin  ini ditanam bersamaan dengan dibangunnya terminal tempat parkir Kampung Naga. Sementara di bagian kiri terdapat papan bertuliskan “Tanah ini milik Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya” tertulis luas tanah 2.635 M2, Nomor Sertifikat 10.
Melangkah masuk ke dalam tepatnya ke Terminal (tempat parkir kendaraan), tampak lokasi parkir yang cukup luas dengan model parkir serong sehingga memungkinkan hingga sepuluh bis besar terparkir di situ. Pada bagian sebelah kiri terdapat sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat menyimpan drum-drum minyak tanah. Bangunan sebelahnya adalah Kantor Pusat Informasi dan Kantor Koperasi Warga Kampung Naga dengan nama “Sauyunan”. Bangunan ini juga menjadi Kantor Perhimpunan Pramuwisata Kampung Naga yang disingkat “Hipana”. Bersebelahan dengan kantor ini berjajar kios-kios cenderamata  yang menjual produk-produk masyarakat Kampung Naga dan sekitarnya. Sementara di sebelahnya lagi terdapat banguan yang digunakan untuk tempat pembakaran sampah. Maju ke depan lagi terdapat sebuah bangunan yang belum jadi yang akan digunakan untuk loket parkir dan kios cinderamata.
Pada bagian ujung kiri tempat parkir berdiri kokoh Tugu Kujang Pusaka[2] yang tampak megah dengan warna dominan hitam. Tugu ini dikelilingi pagar besi yang memiliki satu pintu di bagian muka. Pada kedua sisi pintu pagar bagian luar terdapat patung kepala harimau. Pada bagian kanan tugu terdapat tulisan mengenai keterangan detail pembangunan tugu ini. Tertulis bahwa tugu ini diresmikan oleh Gubernur Jawa barat pada 16 April 2009 atau 19 Maulud 1430 H. Pengagas utama pembuatan tugu ini adalah Drs. Anton Charliyan, MPKN yang pada waktu itu menjabat sebagai Kapolwil Priangan dan KRAT. H. Derajat Hadiningrat selaku Pimpian Graha Limau Kencana. Tugu ini dikelilingi oleh sebuah kolam kecil dengan ukurna kurang lebih 80 cm, serta dikelilingi pagar besi kecuali di bagian depan. Pada bagian belakang tugu terdapat tembok yang menjadi batas dengan warga Sa-naga.
Untuk menuju lokasi Kampung Naga maka hanya ada satu jalan menuju ke lokasi yaitu dengan menuruni anak tangga yang berjumlah kurang lebih 400 anak tangga.  Anak tangga pertama berjumlah 11 anak tangga yang menyampaikan saya ke perempatan tangga. Dari sini perjalanan dilanjutkan dengan menuruni tangga  dan menyusuri jalan di tepi sungai Ciwulan. Perjalanan memasuki kampung disambut dengan pemandangan sungai yang menghampar di sebelah kanan, gemericik air yang jatuh dari tebing di ujung sebelah kanan membawa pesona yang berbeda dengan suasana di tempat lainnya. Sejauh mata memandang yang terlihat adalah hijau yang berpadu dengan warna dasar coklat tanah khas pedesaan. Sementara memandang ke depan tampak Kampung Naga dengan susunan rumah yang tertata rapi dengan warna dominan hitam. Perjalanan menyusuri jalan kampung di tepi sungai Ciwulan berjarak kurang lebih 500 meter dan berakhir pada sebuah belokan ke arah kiri menuju wilayah pemukiman Kampung Naga.   
Memasuki area Kampung Naga kita disambut dengan sebuah tanah lapang dengan dua buah rumah di bagian kiri dan tiga buah rumah di bagian kanan. Rumah Kuncen sendiri berada di bagian kiri nomor dua dari arah pintu masuk. Pandangan pertama ketika masuk selain adanya tanah lapang juga berdiri kokoh sebuah Masjid dan Bale Patemon yang saling berdampingan. Di sebelah kiri masjid terdapat lokasi bekas Leuit yang dipagari dengan bambu welahan. Berjalan menaiki sebuah tangga batu dan berbelok sedikit ke kanan akan menyampaikan ke Bumi Ageung. Bangunan ini adalah salah satu dari empat bangunan yang dikeramatkan dan tidak boleh diambi fotonya serta tidak sembarang orang bisa memasukinya. Bahkan warga Kampung Naga sendiri tidak bisa memasukinya.
Berdampingan dengan Bumi Ageung yang dibatasi oleh pagar Kandang Jaga  terdapat rumah penduduk. Di sebelahnya lagi terdapat bangunan yang disebut katarajuan yaitu sebuah bangunan yang digunakan oleh perwakilan dari Desa Jahiyang yang akan mengikuti Hajat Sasih. Bangunan ini juga termasuk yang tidak dipotret dari dekat. Jalan setapak yang berada di samping bangunan ini merupakan jalan menuju makam Eyang Sembah Dalem. Pada lokasi ini tidak sembarang orang boleh memasukinya atau memotretnya.
Pola Pemukiman
Pola pemukiman penduduk di Kampung Naga memiliki ciri khas yang tidak didapati di wilayah lainnya. Terdapat pembagian tiga wilayah yang saling terpisah dan dibatasi oleh Jaga Kandang pada masing-masing areanya. Area pertama adalah area yang digunakan untuk hal-hal yang sifatnya kotor seperti jamban (pacilingan), balong, kandang kambing, saung lisung dan di bagian timur terdapat sungai Ciwulan dengan leuweung karamatnya. Kawasan hutan ini juga diyakini merupakan kawasan kotor karena merupakan tempat bagi dedemit dan jurig yang dikalahkan dan ditempatkan di sana oleh Sembah Dalem. Area berikutnya adalah kawasan pemukiman penduduk, kawasan ini merupakan tempat bagi penduduk Kampung Naga untuk mendirikan bangunan bumi/imah sebagai tempat tinggal. Terdapat 113 bangunan dengan 108 rumah penduduk, sisanya adalah masjid[3], Bale Patemon[4], Bumi Ageung[5], Leuit[6], dan Katarajuan[7]. Di area ini juga terdapat lapangan besar yang digunakan untuk menjemur padi dan tempat bermain anak-anak. Di samping masjid terdapat lokasi bekas leuit yang ditandai dengan pagar keliling terbuat dari awi (bambu), sementara di belakang rumah Kuncen atau di depan sebelah kanan masjid dan Bale Patemon berjarak 25 meter terdapat Depok[8] yang juga dikelilingi oleh pagar bambu keliling tanpa pintu.
Penempatan rumah-rumah warga diatur sedemikian rupa dengan pertimbangan nilai-nilai kekeluargaan, misalnya rumah harus berhadap-hadapan diharapkan akan terjadi interaksi yang intensif antar warga terutama ketika mereka duduk-duduk di tepas imah. Pola bangunan rumah yang menempatkan dapur di bagian depan dengan dinding sasag[9] juga memungkinkan tetangga di depan rumahnya mengetahui apakah tetangganya tersebut masak atau tidak sehingga jika ada tetangga yang tidak memasak karena tidak ada persediaan lebih cepat diketahui dan bisa membantunya. Dinding sasag juga akan dengan mudah melihat dalam rumah ketika terjadi kebakaran atau kecelakaan yang berada di rumah. Jarak antar rumah yang satu dengan rumah sebelahnya kurang lebih 1 meter, sementara jarak berhadapan antara satu rumah dengan rumah yang lainny abervariasi, dari 2,5 meter hingga 1,5 meter. Seluruh rumah di Kampung Naga menggunakan sistem panggung dengan jarak 60-80 cm dari permukaan tanah. Tipe rumah panggung terbukti tahan terhadap gempa dan bebas dari gangguan binatang melata.
Area ketiga yaitu kawasan makam yang dianggap suci oleh masyarakat Kampung Naga. Lokasinya di sebelah barat pemukiman berupa bukit kecil dengan semak belukar di sekelilingnya serta ditumbuhi pohon-pohon kecil dan sedang. Kawasan ini merupakan hutan tertutup yang tidak sembarang orang bisa memasukinya (leuweung larangan). Kawasan ini juga disebut leuweung karamat karena disinilah letak makam Eyang Sembah Dalem yang menjadi leluhur masyarakat Kampung Naga, selain itu terdapat pula beberapa makam dari para pengikut beliau. Kawasan ini berada di luar pemukiman dengan batas jaga kandang dan di bagian depannya terdapat pintu yang terbuat dari bambu.
Kampung Naga terletak di sebuah lembah yang subur yang dikelilingi oleh sawah di bagian utara dan selatan, sementara di bagian barat terdapat sebuah bukit, sedangkan di bagian timur terdapat sungai Ciwulan dan sebuah dataran tinggi di atasnya. Jumlah penduduknya sebanyak 314 jiwa dengan 108 Kepala KeluargaSecara administrasi kampung ini masuk ke dalam wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat. Saat ini seluruh keluarga tersebut menjadi satu Rukun tetangga (RT) yaitu RT 01 RW 01. Menurut Pak Uron selaku Ketua RT di Kampung Naga, “Sebenarnya dahulu Kampung Naga terdapat 4 RT kemudian dikurangi lagi menjadi 2 RT dan sekarang disatukan menjadi satu Rukun Tetangga”.


[1] Gapura ini dibangun oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya bersamaan dengan dibangunnya lahan parkir bagi pengunjung Kampung Naga.
[2] Disebut Tugu Kujang Pusaka karena tugu ini memiliki bagian atasnya berupa kujang yang terbuat dari kurang lebih 900 pusaka yang berasal dari seluruh wilayah Pasundan. 
[3] Kampung Naga memiliki satu buah masjid yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan peringatan hari-hari besar Islam. 
[4] Bale Patemon adalah sebuah bangunan sebagai tempat untuk menerima tamu, bermusyawarah dan kegiatan yang bersifat massal.
[5] Bumi Ageung secara bahasa berarti rumah Rumah Besar, ia adalah sebuan bangunan berbentuk rumah yang dikelilingi oleh pagar bambu dua lapis dengan susunan bersilang. Bumi Ageung diyakini sebagai bangunan keramat oleh masyarakat Kampung Naga sehingga tidak boleh dimasuki oleh setiap orang kecuali sesepuh Kampung Naga.
[6] Leuit atau lumbung padi adalah sebuah bangunan kecil yang digunakan untuk menyimpan padi sebagai persiapan di masa yang akan datang.
[7] Katarajuan adalah sebuah bangunan yang digunakan untuk menginap warga Kampung Naga yang berasal dari Desa Jahiyang yang akan mengikuti Hajat Sasih
[8] Depok berasal dari kata padepokan, tempat ini dahulunya adalah bekas tempat untuk shalat yang menjadi satu-satunya peninggalan dari leluhur Kampung Naga.
[9] Dinding Sasag terbuat dari bambu yang disusun secara simultan sehingga menghasilkan desain khas Kampung Naga. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...