Senin, 05 Desember 2011

PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH: IHWAL KOMPETENSI


Oleh : Deden Effendi,


I.         PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU:
Ilmu adalah adalah salah satu jenis pengetahuan. Pengertiannya mengacu pada apa yang dilakukan oleh ilmuwan.  Dengan demikian, definisi terbaik dari ilmu tampak dari metodologi ilmiah.



 

Text Box: PENGETAHUAN
AGAMA

























II.       PENELITIAN ILMIAH
A.      GEJALA: PENGAMATAN ILMIAH

Mbah Maridjan lahir, hidup, dan meninggal di kawasan gunung berapi. Ia menguasai betul data tentang gunung Merapi; bahkan, bisa jadi, datanya tentang gunung Merapi sangat obyektif. Sekalipun demikian, pengetahuannya yang obyektif belum tentu valid dan reliabel berdasarkan pengukuran ilmiah, sehingga tidak menempatkannya sebagai seorang vulkanolog, kecuali sebagai “kuncen”.[1] Pengamatannya tidak dijelaskan berdasarkan “teori”[2] dan tidak disandarkan pada “metode”  yang berterima dalam paradigma ilmu. Dengan demikian, pengamatannya tidak melahirkan fakta ilmiah.[3]

B.       TEORI: PENJELASAN ILMIAH
Mengapa gunung meletus? Mbah Maridjan akan menjelaskannya berdasarkan penjelasan-penjelasan supranatural atau kekuatan-kekuatan yang bersifat niskala, bukan yang bersifat skala. Misalnya, disebabkan oleh kemurkaan “Eyang Merapen”. Sekali waktu, lantaran “ketamakan manusia”. Pandangannya didasarkan pada obyek keyakinan tertentu dan didasarkan pada penalaran yang bersifat deduktif, sehingga kesimpulannya bersifat normatif, dan tidak dapat dibuktikan secara eksperimental.

Terdapat beberapa kriteria teori ilmiah. Yang terkenal antara lain: (1) Konsisten (secara internal dan eksternal); (2) Parsimoni (ringkas, tapi bernas); (3) berguna (menggambarkan dan menjelaskan gejala); (4) dapat diuji dan disangkal secara empiris; (5) didasarkan pada percobaan yang dapat dikendalikan dan diulang; (6) dinamis dan dapat dikoreksi (perubahan berdasarkan data baru); (7) progresif (memperbaiki dan menambah teori sebelumnya); dan (8) tentatif (nisbi, dan tidak pasti)

C.       METODOLOGI ILMIAH: PEMBUKTIAN
Apa langkah-langkah yang dilakukannya untuk membuktikan sebab-musabab terjadinya letusan Gunung Merapi? Ia tidak menggunakan prosedur ilmiah, karena sumber data sulit dilacak, konsep-konsepnya sulit operasionalisasikan, teknik pengumpulan datanya pun tidak dapat ditiru dan diulangi wong kebanyakan, termasuk pula analisisnya. Oleh sebab itu, “penerawangan”-nya sulit dilakukan replikasi. Metode ilmiah menjadi penting, karena salah satu definisi terbaik dari ilmu adalah metode yang digunakan para ilmuwan dalam menemukan dan melahirkan pengetahuan.
Metode ilmiah adalah hubungan timbal balik dari penalaran induksi dan deduksi. Langkah umumnya adalah: (1) Observasi, (2) Repetisi, (3) Induksi, (4) Deduksi, (5) Pengujian, dan (6) Induksi (kembali). Secara ilustratif, prosedur penelitian ilmiah dapat digambarkan sebagai berikut:

III.     PENULISAN ILMIAH:  PAPER VERSUS LAPORAN PENELITIAN
Laporan penelitian merupakan laporan lengkap tentang keseluruhan kegiatan penelitian, sedangkan artikel  hasil penelitian biasanya hanya memuat hal-hal yang penting lebih efisien):
1.      Pendahuluan (tanpa/dengan judul)
a.      Biasanya tidak diberi judul
b.      Memuat:
1)       latar belakang atau rasional penelitian
2)       landasan teori (kajian pustaka)
3)       wawasan rencana pemecahan masalah
4)       rumusan tujuan penelitian
2.       Metode
Secara ringkas dalam bentuk aliena memuat
a.      Desain penelitian
b.      Populasi & Sampel/Sumber data
c.       Bagaimana data dikumpulkan
d.      Bagaimana data dianalisis

3.       Hasil :
a.      bagian utama artikel ilmiah
b.      hasil bersih tanpa proses analisis data
c.       hasil pengujian hipotesis
d.      Dapat disajikan dengan tabel atau grafik untuk memperjelas penyajian hasil secara verbal
4.      Pembahasan
a.      bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah
b.      tujuan pembahasan adalah:
1)      menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian itu dicapai
2)      menafsirkan hasil-hasil penelitian
3)      mengintegrasikan hasil-hasil penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan
4)      menyusun teori baru atau memodifikasi teori yang ada.
5.      Kesimpulan dan Implikasi
a.      memuat jawaban atas pertanyaan penelitian dalam bentuk substantif
b.      dalam bentuk esai, bukan dalam bentuk numerikal
c.       Memuat implikasi temuan penelitian dan/atau saran-saran yang mengacu kepada tindakan praktis, atau pengembangan teoretis, dan penelitian lanjutan.
6.      Daftar Rujukan
a.      harus lengkap sesuai dengan rujukan dalam teks
b.      tatacara penulisan daftar rujukan mengikuti gaya selingkung yang berlaku di jurnal yang bersangkutan.

IV.               KESIMPULAN
Mbah Maridjan memiliki pengetahuan tentang gunung berapi. Akan tetapi, pengetahuannya tidak berada dalam ranah paradigm ilmu (scientific paradigm). Pengetahuannya berada dalam konteks paradigma  lain, mungkin nonscience atau pseudoscience. Komptensi dasar dari seorang “pegiat ilmu” adalah: penguasaan data, penguasaan teori, dan penguasaan metodologi.



V.                 REFLEKSI
Saya sangat akrab dengan dunia pendidikan, termasuk dunia pendidikan agama Islam. Sejak kecil sudah mengikuti pendidikan, hidup dari dunia pendidikan, mendidik anak, dan seterusnya. Sekalipun demikian, pengetahuan saya tentang pendidikan tidak selalu obyektif, valid, dan reliabel; tidak didasarkan pada teori-teori pendidikan yang baku (dari tahapan grand theory hingga unique theory); serta tidak berusaha memperdalam metodologi penelitian pendidikan dengan berbagai ciri khususnya. Saya memang ilmuwan (menurut UU tentang Guru dan Dosen), tetapi di dalam komunitas ilmuwan pendidikan, saya menempati posisi sebagai “awam terdidik” (scientific layer).

Hubungan antar kompetensi tersebut tampak dari prosedur penelitian ilmiah. Lihat gambar.  Jika benar, sekalipun pendidik mengenal betul gejala pendidikan, namun belum tentu dapat mengidentifikasinya sebagai masalah penelitian. Untuk dapat mengidentifikasi masalah, selain  berdasarkan pengalaman, juga perlu menguasai teori-teori pendidikan. Kalaupun sudah diidentifikasi, peneliti pendidikan perlu menyeleksinya dilihat dari segi ketertarikan, signifikasi, ketersediaan teori, serta ketersediaan biaya, tenaga, atau waktu. Langkah berikutnya, adalah melakukan studi kepustakaan untuk kepentingan penyusunan teori dan hipotesis. Pembuktian hipotesis dilakukan dengan riset disain yang tepat. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang obyektif, valid, dan reliabel terkait masalah yang sedang ditelitinya, sebagai landasan penyimpulan atau pembuktian hipotesis yang diajukannya.

Pendidik Agama Islam akan sekaligus berperan sebagai “pegiat ilmu” dalam bidangnya, jika menguasai data, teori, dan metodologi pendidikan. Berikutnya, mereka dituntut untuk terlatih dalam melaksanakan prosedur penelitian ilmiah.


[1]     Secara sederhana, penelitian ilmiah adalah pendekatan yang menggabungkan pendekatan rasional dan empiris dalam mengumpulkan data yang obyektif, valid, dan reliabel untuk mendeskripsikan, menjelaskan, dan bahkan meramalkan gejala (obyek atau peristiwa), guna menemukan dan mengembangkan pengetahuan ilmiah, dalam memahami dan menyelesaikan masalah kemanusiaan. 
[2]     Pada umumnya, pengertian teori sering dipertukarkan makna hipotesis , sebagai jawaban sementara atas sesuatu masalah yang sedang diteliti.  Secara khusus, keduanya berbeda dalam tahap perkembangan. Hipotesis merupakan jawaban yang belum teruji, sedangkan teori telah teruji.
[3]     Fact pada umumnya diartikan sebagai gambaran atau penjelasan yang benar secara pasti dan mutlak. Namun, bagi ilmuwan, fakta adalah sesuatu yang diasumsikan benar untuk konteks dan tujuan kegiatan ilmiah tertentu. Sesekali, dapat dikukuhkan atau ditolak sama sekali.

1 komentar:

Please Uktub Your Ro'yi Here...