Abdur Rohman bin Hammad
Di antara sifat Allah Ta’ala adalah Dia Maha Awal tanpa permulaan, Maha Hidup terus menerus, tidak akan mati maupun usai, Maha Kaya sekaligus Mengurus sendiri, tidak membutuhkan yang lain serta Maha Esa tanpa sekutu. Allah Ta’ala berfirman:
}بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1)اللَّهُ الصَّمَد(2)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ(3)وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ(4){
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia” (Al Ikhlas:1- 4)
Makna ayat:
Tatkala orang-orang kafir bertanya kepada Rasulullah sollallohu ‘alaihi wa sallam tentang sifat Allah maka Allah menurunkan surat ini seraya memerintahkan kepada beliau untuk menyatakan kepada mereka: Allah itu Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah itu Dia-lah Yang Maha Hidup Abadi lagi Maha Mengatur. Bagi-Nya semata kekuasaan mutlak atas alam semesta, manusia dan segala sesuatu. Hanya kepada-Nya semata seluruh manusia wajib kembali dalam rangka memenuhi segala kebutuhan mereka.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak benar Dia mempunyai putra atau putri, ayah atau ibu. Bahkan Dia sangat menafikan itu semua dari diri-Nya dalam surat ini demikian pula pada surat yang lain. Sebab berketurunan dan beranak pinak merupakan sifat makhluk. Allah telah membantah ucapan kaum nasrani: “Al Masih itu anak Allah” dan ucapan kaum yahudi: “Uzair itu anak Allah. Serta ucapan yang lain yang menyatakan: “Malaikat putri Allah” dan Dia mengecam keras ucapan bathil ini.
Allah mengabarkan bahwa Dia menciptakan Al masih Isa u dari seorang ibu tanpa ayah dengan kuasa-Nya sebagaimana Dia menciptakan Adam moyang manusia dari tanah. Sebagaimana pula Dia menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam lalu tiba-tiba Adam melihat Hawa telah ada di sampingnya. Kemudian menciptakan anak keturunan Adam dari air laki-laki dan perempuan. Allah telah menciptakan segala sesuatu pada permulaan yang semula tidak ada dan menjadikan setelah itu sebagai sunnah dan aturan bagi semua makhluk-Nya yang tak seorangpun mampu merubahnya. Dan jika Allah menghendaki merubah aturan ini maka Dia rubah sesuai kehendak-Nya sebagaimana Dia mewujudkan Isa ‘alaihissalam dari seorang ibu tanpa bapak. Sebagaimana Dia menjadikan Isa mampu berbicara di buaian sebagaimana pula Dia merubah tongkat Musa ‘alaihis salam menjadi seekor ular yang bergerak-gerak. Tatkala Musa memukulkan tongkat tersebut ke laut maka lautpun terbelah dan menjadi sebuah jalan yang bisa dilewati Musa beserta kaumnya. Sebagaimana pula Allah mampu membelah bulan untuk penutup para Rasul, Muhammad sollallohu ‘alaihi wa sallam, menjadikan pohon bisa mengucapkan salam kepada beliau ketika melewatinya. Dia menjadikan hewan bersaksi atas kerasulan beliau di hadapan beliau dengan suara yang bisa didengar manusia. Hewan itu berkata: Aku bersaksi engkau utusan Allah. Beliau pernah diperjalankan di atas Buraq dari masjid Haram ke masjid Al Aqsa. Kemudian beliau dimi’rojkan ke langit ditemani malaikat Jibril hingga sampai di atas langit. Lalu Allah ta’aala berbicara kepada beliau dan mewajibkan sholat atas beliau. Kemudian kembali ke masjid Al Haram di bumi. Beliau melihat di perjalanan para penghuni langit. Semua itu terjadi hanya pada tempo semalam sebelum terbit fajar. Kisah Isra’ Mi’raj ini masyhur baik di Al Qur’an, hadits maupun buku-buku sejarah.
Di antara sifat Allah ta’ala: Mendengar, melihat, ilmu, qudrah (kuasa), iradah (kehendak). Dia mendengar dan melihat segala sesuatu. Tidak ada hijab apapun yang menghalang-halangi pendengaran dan penglihatan-Nya.
Allah mengetahui apa yang ada di dalam rahim dan apa yang tersembunyi dalam dada, apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Dialah yang Maha Kuasa lagi Maha berkehendak yang jika menghendaki sesuatu tinggal berkata: “Kun” (Jadilah) maka terjadi.
Di antara sifat Allah Ta’ala yang Dia sifatkan untuk diri-Nya: Berbicara sesuai apa yang dikehendaki-Nya dan kapan saja Dia berkehendak. Allah telah berbicara kepada Musa ‘alaihis salam berbicara kepada Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam dan Al Qur’an merupakan kalam Allah baik huruf maupun maknanya yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya Muhammad sollallohu ‘alaihi wa sallam. Jadi ia merupakan satu sifat diantara sifat-sifat-Nya. Bukan makhluk sebagaimana yang dikatakan kaum Mu’tazilah yang sesat.
Di antara sifat Allah Ta’ala yang Dia sifatkan bagi diri-Nya dan disifatkan pula oleh Rasul-Nya: wajah, dua tangan, istiwa’ (bersemayam), turun, ridho dan marah. Allah ridho terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin dan murka terhadap orang-orang kafir serta orang-orang yang mengerjakan hal-hal yang mengakibatkan murka-Nya. Ridho dan murka-Nya sebagaimana sifat-sifat yang lain, tidak serupa dengan sifat makhluk, tidak boleh dita’wilkan maupun didiskripsikan.
Dinyatakan dalam Al Qur’an dan As Sunnah bahwa orang-orang mukmin kelak melihat Allah ta’ala dengan mata kepala di padang mahsyar dan di surga. Sifat-sifat Allah ta’ala disebutkan secara rinci dalam Al Qur’an dan hadits-hadits Rasul sollallohu ‘alaihi wa sallam maka hendaknya anda merujuk kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...