Firman Allah ta'ala :
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaithan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata : sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (maksudnya sebelum datang larangan), dan urusannya terserah Allah. Sedangkan orang-orang yang kembali memakan riba setelah datang larangan, maka mereka itulah para penghuni neraka jahannam dan mereka pasti kekal didalam neraka tersebut.
(276) Allah memusnahkan (menghancurkan) riba dan menyuburkan shodaqoh. Dan Allah tidak menyukai orang yang tetap kafir dan yang selalu berbuat dosa.
(278) Hai orang-orang yang beriman takutlah kamu kepada Allah dan tinggalkanlah (jauhilah) sekecil apapun riba tersebut jika kamu benar-benar beriman kepada Allah.
(279) Andaikan kamu tidak tinggalkan riba maka Allah dan Rasul-Nya pasti memerangi kamu. Namun andaikan kamu bertobat maka bagimu pokok hartamu. Kamu tidak menzholimi seseorang dan tidak seorangpun akan menzholimi kamu.
Kebutuhan kita akan mu’amalah sesama manusia tidak membuat kita boleh melaksanakan seluruh bentuk mu’malah tanpa memperhatikan hukum Allah Azza wa Jalla, karena Allah Swt tidak pernah memerintahkan sesuatu apapun atau melarang sesuatu melainkan pastilah untuk mewujudkan kebahagiaan hidup seluruh hamba-Nya didunia dan akhirat.
Tidaklah sholat dan puasa Allah Swt perintahkan kecuali untuk mendekatkan ketundukan seorang hamba pada Khaliqnya dan itu merupakan kebutuhan asasi seorang makhluq.
Tidaklah zakat Allah Swt wajibkan bagi si-kaya kecuali agar kebutuhan seorang kaya untuk menyantuni si-miskin terpenuhi dan itu merupakan kebutuhan asasi sesuai fithrah seorang hamba yang berkelebihan.
Tidaklah Allah Swt melarang meminum khamar, mabuk-mabukkan kecuali untuk menjaga hak akal seorang hamba untuk tidak dirusak oleh sipemakai akal karena hakikat kepemilikan kita atas seluruh karunia Allah adalah hak pakai.
Demikian juga ketika Allah Azza wa Jalla menuntun seluruh hambanya untuk tidak menggunakan sistem riba dalam mu’amalah dan jual beli maka Allah Swt punya tujuan yang sangat mulia dan indah demi kelangsungan hidup hamba-Nya.
Salah satu ciri Maha Bijaksananya Allah Swt adalah Dia selalu memberi solusi ketika melarang suatu kemaksiatan, dan bentuk solusinya selalu dua dimensi, dimensi duniawi dan dimensi akhirat.
Ketika larangan riba Allah Saw tetapkan dan disampaikan oleh Baginda Rasulullah Saw, Allah Swt mengiringi alternatif dengan kalimatnya yang mulia Dia berkata : “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ( Al-Baqaroh:275).
Di ayat lain Allah Swt berfirman :”Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shodaqoh (maksudnya melipat gandakan hakikat hartanya) (Al-Baqaroh:276).
Sistem riba yang dewasa ini berkembang dan selalu dibanggakan oleh kaum kafir maupun muslimin yang bodoh terhadap Syari’ah Allah Swt pasti akan membuat Allah murka.
Dalam sebuah riwayat mauquf Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu shahabat Rasulullah yang mulia berkata :”Jika zina dan riba sudah sedemikian vulgar di satu negeri maka Allah mengizinkan kehancuran bagi negeri tersebut”.
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah : “Tidaklah tampak dalam suatu kaum perilaku riba kecuali akan tampak pula penyakit gila, dan tidaklah merajalela zina dalam suatu kaum kecuali akan datang penyakit yang mematikan (dalam konteks sekarang AIDS)......”
Bahaya riba sangatlah besar karena riba termasuk dalam 7 jenis dosa besar setelah syirik, durhaka pada orang tua, meninggalkan sholat, bahkan lebih kejam dari pada berzina.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi, Rasulullah Saw bersabda :”Riba itu ada 70 jenis dosa dan yang paling ringan adalah seperti seorang anak berzina dengan ibunya” ..... na’uzubillah min dzalik ...........
Dewasa ini kita lihat hampir seluruh lini kehidupan kita dipenuhi dengan nuansa mu’amalah riba dari mulai tabungan bank, kredit, simpan pinjam, rentenir, asuransi jiwa dst. Maka menjadi tugas seluruh hamba Allah Swt yang mengaku beriman untuk senantiasa menjauhi hal-hal yang menyebabkan murka Allah Swt. Yakinlah kita bahwa apa yang Allah Swt dan Rasul-Nya larang untuk kita kerjakan pastilah menyebabkan kesengsaraan kita hidup di dunia maupun akhirat.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Sa’id al-Khudry ketika menceritakan tentang kejadian Isra’ dan Mi’raj Rasulullah Saw bersabda : Ketika Saya Isra’ diperlihatkan kepada saya satu kaum yang perut mereka sampai ke tangan mereka (saking gendutnya), setiap mereka perutnya seperti rumah yang besar ......... mereka tidak bisa berjalan kecuali pastilah tumbang ...... itu merupakan azab di Alam Barzakh .............. lalu saya bertanya pada Jibril, wahai Jibril siapakah mereka ?. Jibril menjawab :”merekalah orang yang makan harta riba yang tidak berdiri kecuali seperti berdiri nya orang yang diikat oleh syaithan
Shahabat Rasulullah Saw Abdullah Ibnu Mas’ud berkata :” Jika seseorang berhutang kepadamu maka anadai dia ingin memberimu hadiah jangan diambil karena itu merupakan Ribu”.
Imam Hasan al-Bashri berpesan :” Jika seseorang berhutang padamu, maka apa yang kamu makan dari rumahnya dia adalah riba”.
Wahai saudaraku ......... mari berhenti bekerjasama dalam sistem riba ........
Kita sangat yakin azab Allah Swt pasti dan sangat kejam....... Semoga Allah menjauhkan kita dari melakukan riba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...