Faktor-faktor Utama Penyebab Keruntuhan Daulah Utsmaniyyah dalam Pandangan Ulama adalah sebagai berikut:
a. Pertikaian Politik, Rasis dan Perebutan Kekuasaan.
Pertikaian politik dan perebutan kekuasaan tentu saja akan meluluh lantahkan, memecah belah dan melemahkan persatuan serta kesatuan umat Islam. Al-Qur`an telah memberikan warning terhadap masalah tersebut. Firman Allah dalam Qur’an surah Al-Anfal 46 :
(وَلاَ تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيْحُكُمْ) [الأنفال: 46]
Artinya: janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.
Ketika para pejabat pemerintahan Islam telah dikuasai oleh perasaan gila kekuasaan dan jabatan, sehingga mengakibatkan perseteruan antara sesama kubu Islam demi merebut puncak kekuasan tertinggi. Kondisi ini meninggalkan dampak negatif terhadap masyarakat yang akhirnya ikut terpecah. Akibatnya kekuatan umat melemah dan musuh dengan mudah dapat menyerang sewaktu-waktu.
Maraknya pertikaian dalam keberagamaan, perbedaan partai maupun ideologi serta pendistorsian implikasi Islam sebagai aqidah dan amal hingga berubah menjadi label-label hampa tak bermakna, pengabaian ajaran Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah SHALLALLAAHU ALAIHI WA SALLAM, kejumudan (statis) serta fanatisme terhadap pandangan dan pendapat tertentu.
Kesemua itu merupakan wa¬bah penyakit berbahaya yang sangat diwan¬ti-wanti oleh Islam agar senantiasa dijauhi oleh kaum Muslimin. Karena Rasulullah SHALLALLAAHU ALAIHI WASALLAM telah menginformasikan jaminan keberadaan umat Islam dalam petunjuk kebenaran selama mereka masih berpegang teguh dan konsekuen terhadap ajaran Al-Qur`an dan Sunnah Rasullulah. Rasul bersabda: تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدِيْ أَبَدًا، كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ.
Artinya: telah kutinggalkan bagi kalian dua perkara -jika kalian berpengang teguh de¬ngan keduanya- niscaya sepeninggalku kalian tidak akan sesat selamanya, dua perkara tersebut adalah kitabullah dan sunnah Rasulullah.
Menurut hemat penulis, fanatisme umat terhadap mazhab dan aliran pemikiran tertentu terbukti telah menjadikan umat terpecah ke dalam beberapa kelompok, pada hakikatnya perbedaan tersebut malah akan menjadi bumerang terhadap umat Islam sendiri dan tak berpengaruh terhadap musuh Islam, malah akan memudahkan musuh Islam menyerang kita. Fanatisme mazhab di akhir-akhir dinasti Utsmaniyyah sampai pada taraf kebencian antara satu mazhab dengan mazhab lain, kebencian tersebut berbuah permusuhan dan pertikaian. Sehingga kala itu, kerap ditemukan seorang bermazhab Hanafy tidak mau menjadi makmum shalat yang diimami oleh seorang Imam bermazhab Syafiiy, begitupula seorang Hanbaly tidak terima keimaman seorang Syafiiy. La haula wa laa quwwata Illa billah.
b. Larut dalam kemewahan dunia dan syahwat
Wabah penyakit ini tidak hanya melanda kalangan rakyat biasa, tapi termasuk para pejabat pemerintahan selama beberapa kurun waktu menjelang keruntuhan Dinasti Utsmaniyyah, kemudian kondisi semakin parah dan bertambah genting hingga akhirnya kepemimpinan para pemangku kekuasaan dalam pemerintahan semakin melemah dan tak sanggup memperbaiki kondisi negara, agama dan perpolitikan.Allah Ta’ala telah memberikan “lampu kuning” terkait penyakit yang satu ini dalam firman-Nya QS. Al-Isra 16:
(وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيْراً) [الإسراء: 16]
Artinya: Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah), tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
c. Transformasi Kekuasaan terhadap Non-Arab
Seorang yang gemar membaca dan mengamati sejarah Islam akan mengerti bahwa dalam beberapa periode pemerintahan Islam, tampuk kekuasaan sempat dipegang oleh orang-orang yang bukan ahlinya dan tidak pantas menduduki jabatan tersebut, dikarenakan keawaman mereka terhadap agama dan hukumnya.
d. Pengabaian Sains dan Teknologi serta Tenggelam dalam Teori-teori Filsafat
Sebuah negara yang kuat adalah negara yang menerapkan hukum syariat serta pengembangan sains dan teknologi yang akan menopang kemajuan dan peradabannya dari hasil pemanfaatan temuan-temuan baru dalam teknologi itu. Kala itu, umat Islam malah tertipu dan larut dalam perasaan kemapanan dan kekuatan mereka, sehingga terkesan mengabaikan dan meremehkan kekuatan musuh, tanpa pernah merasa peduli guna melakukan upaya-upaya penelitian untuk menjajaki peta kekuatan musuh dari segi materi, teknologi, maupun konspirasi-konspirasi terselubung demi memerangi Islam dan kaum Muslimin. Akibatnya, umat Islam tidak mempersiapkan kekuatan militer yang cukup mengantisipasi serangan musuh-musuh Islam dan memaksa mereka bertekuk lutut. Yang terjadi malah sebaliknya, umat kalah total di hadapan para aggressor tersebut.
Hal ini juga didorong oleh bujuk rayu dan perasaan terpana dengan gaya hidup mereka yang hanya memuaskan syahwat. Padahal Islam telah melarang secara jelas perilaku meniru-niru orang-orang kafir. Sebagaimana Firman Allah dalam Qur’an surah Ali-Imran 149:
(يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ تُطِيْعُوا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَرُدُّوْكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنْقَلِبُوْا خَاسِرِيْنَ) [آل عمران: 149]
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.
Akibat dari keterpanaan tersebut, orang-orang kafir dengan mudah menguasai negara-negara Islam, bahkan kaum penjajah seperti, Inggris, Perancis, Italy, Belanda, Belgia dan Negara Komunis (Uni Soviet) dengan mudah berhasil mengelompokkan negara-negara Islam -menjadi Negara-negara kecil dan lemah-. Mereka berupaya menjauhkan Islam dari pemerintahan dan menebar propaganda atheisme dan liberalisme di segenap negara Islam serta menebarkan fitnah dan desas-desus dalam pemahaman Islam.
Kemudian kondisi sulit yang menimpa banyak negara Islam, selayaknya memacu umat Islam berpikir ekstra supaya bisa keluar dari permasalahan-permasalahan yang membelit. Dalam siatuasi kolonialisme yang melanda banyak negara Islam, Beliau dan beberapa rekannya berjuang mendirikan sebuah jamaah yang berperan membangunkan umat Islam dari tidur panjang, memberikan pencerahan serta membebaskan mereka dari mental-mental terjajah dan terhina.
lagi yang lainnya dong ust,, hehehe
BalasHapus