Minggu, 26 Juni 2011

Problematika Hadits Ahad

Oleh : Abdullah

 
I. Definisi hadits ahad
 
Hadits ahad adalah hadits yang tidak terpenuhi  di dalamnya syarat-syarat Mutawatir, hadits Ahad terbagi menjadi tiga yaitu Masyhur, ‘Aziz dan Ghorib. Masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih selama tidak sampai kepada derajat mutawatir.
 
‘Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang walaupun jumlah itu hanya ditemui pada salah satu tobaqot sanad. Ghorib adalah  hadits yang diriwayatkan oleh seorang rowi walaupun hanya dijumpai pada salah satu tobaqot sanad.
 
II. Hukum hadits Ahad dan dalil-dalilnya.
 
Ulama hadits bersepakat akan wajibnya beramal dengan hadits Ahad, kata  Ibnu ‘Abdil Barr (463H) :”Para ulama dari ahli fiqih dan atsar diseluruh negri  bersepakat untuk menerima kabar wahid yang adil dan mewajibkan beramal  dengannya, diatas pendapat inilah seluruh fuqoha disetiap masa dari masa sahabat sampai hari ini kecuali khowarij dan sekelompok dari ahli bid’ah yang  tidak dianggap khilafnya”. (Attamhiid 1/2)
 
Kata Alkhothiib albaghdady (463H) :”dan beramal dengan kabar wahid adalah pendapat seluruh tabi’in dan generasi setelahnya dari para fuqoha diseluruh  negri sampai zaman ini dan belum sampai kepada kami bahwa salah seorang dari mereka mengingkarinya tidak juga menentangnya, jadi jelas keyakinan mereka seluruhnya adalah wajibnya menerima (hadits ahad)…” (Alkifayah hal.31).
 
Kata alhafidz Ibnu Hajar (852H) :”Para ulama bersepakat akan wajibnya beramal dengan setiap yang sah dari kabar walaupun tidak dikeluarkan oleh Bukhary dan  Muslim (dalam sahih mereka)”. (Nuzhatunnadzor : )
 
CATATAN 
kata-kata mereka “wajib menerima hadits ahad” tercakup di dalamnya masalah ‘aqidah maupun ahkaam dan ini adalah madzhab seluruh ahlussunnah, kata  Ibnu ‘Abdilbarr (463H) :” dan semuanya (ahli fiqih dan atsar) meyakini kabar  wahid yang adil dalam ‘aqidah, memusuhi dan berloyalitas diatasnya dan menjadikannya sebagi syari’at dan agama dalam keyakinannya dan itulah pendapat jama’ah ahlussunnah…” (Attamhiid 1/8)
 
Ketika Imam Ahmad ditanya tentang hadits ru’yah (melihatnya kaum mukminin kepada Allah pada hari kiamat) jawab beliau :”hadits-hadits yang sahih kita imani dan tetapkan, dan setiap yang diriwayatkan dari Nabi sallallahu’alaihi wasallam dengan sanad yang jayyid kita imani dan tetapkan”. (Syarah ushul I’tiqod oleh Allalikaiy 3/507 no.889) Beliau tidak mensyaratkan mutawatir dalam kabar tapi beliau hanya mensyaratkan sahih saja.
 
Kata ‘Abbaas adduury :”Saya mendengar Aba Ubaid alqoosim bin salaam menyebutkan bab yang diriwayatkan didalamnya hadits ru’yah, hadits kursi tempat dua kaki, hadits tertawanya Allah kepada hambanya yang berputus asa, hadits dimana Allah sebelum menciptakan langit dan bumi, hadits bahwa jahannam tidk pernah penuh sampai Allah memasukan kaki-Nya kedalamnya sehingga jahannam mengatakan : “ cukup ! cukup! “, dan hadits-hadits lainnya yang serupa, kata beliau : “ Ini adalah hadits-hadits shohih yang dibawa oleh ahli hadits dan ahli fikih sebagian mereka dari sebagian lainnya dan semuanya disisi kami benar tidak ada keraguan  didalamnya “. (Riwayat daaroqutny dalam kitab Assifat hal . 41-42) 
 
Ahmad bin Nashr bertanya kepada Sufyan bin uyainah : “ bagaimana pendapat anda tentang hadits Abidah dari Abdullah dari Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bahwa Allah membawa langit dengan jari, bumi dengan jari, juga hadits bahwa hati  manusia diantara dua jari Arrohman dan hadits bahwa Allah kagum dan tertawa ? “ Jawab Imam Sufyan :”hadits-hadits itu sebagaimana dzohirnya kita imani dan sampaikan tanpa bertanya bagaimana ( tata cara sifat tersebut ) “. (Riwayat Daarokutny dalam sifat Assifat 41-42).
 
Kata Imam Al-Aajurry setelah menyebutkan hadits-hadits yang menunjukkan bahwa  Allah tertawa :” Dan semua hadits-hadits ini kita imani, tanpa bertanya  bagaimana (tata caranya) karena para ulama yang menukil hadits-hadits ini mereka pula yang menukil hadits-hadits tentang thaharah, shalat, zakat, puasa, haji, jihad, dan seluruh hokum halal dan haram, para ulamapun menerimanya dengan penerimaan yang baik dan tidak menolak hadits-hadits ini, kecuali mereka yang berpegang dengan madzhab mu’tazilah, barang siapa yang memungkiri dan menolak hadits-hadits ini, atau bertanya bagaimana tata caranya maka tuduhlah dia dan berhati-hatilah darinya”. (Assyari’ah 2/61-62 Tahqiq Alwaliid bin Muhammad bin Nabih seif Annaashir)
 
Kata beliau juga ketika akan menyebutkan hadits-hadits tentang turunnya Allah kelangit dunia :”Mengimaninya adalah wajib, dan tidak boleh bagi seorang Muslim yang berakal untuk bertanya bagaimana tata cara turunNya ? dan tidak ada yang menolaknya kecuali mu’tazilah, adapun ahlulhaq mereka mengatakan :”Beriman kepadanya adalah wajib tanpa bertanya bagaimana tata caranya, karena kabar dari Rosulullah sallallahu’alaihi wasallam telah sahih bahwa Allah turun kelangit dunia setiap malam, dan para ulama yang menukil kabar ini adalah mereka yang menukil hadits-hadits tentang hokum halal dan haram,shalat, puasa, haji dan jihad, sebagaimana para ulama menerima hadits-hadits ini merekapun menerima hadits-hadits tentang turunnya Allah kelangit dunia, mereka juga mengatakan :”Barang siapa yang menolaknya maka dia sesat dan khobiits (jelek), mereka berhati-hati darinya dan memperingatkan umat akan kesesatannya”. (Assyarii’ah 2/93)
 
Kemudian beliau menyebutkan perkataan para ulama diantaranya perkataan imam Syariik alqadly ketika disebutkan kepada beliau hadits turunnya Allah kelangit dunia :”Sesungguhnya orang yang membawa hadits ini adalah mereka yang membawa dari Rosulullah hadits-hadits tentang shalat, puasa, zakat dan haji, dengan hadits-hadits 
ini kita dapat mengenal Allah”. 
 
Kata Imam Asysyafi’iy :”Tidak ada dalam sunnah Rosulullah kecuali kita  diperintahkan oleh Allah untuk mengikutinya, adapun masalah bagaimana (tata cara sifat-sifat Allah) yang telah ditunjukkan oleh sunnah bukanlah pekerjaan seorang ‘alim”.
 
Kata Imam Ishaq bin Manshur alkausaj setelah mengatakan kepada imam Ahmad tentang hadits turunnya Allah kelangit dunia, hadits bahwa ahli syurga akan  melihat Allah, juga hadits larangan memukul muka karena Allah menciptakan Adam dengan rupanya, hadits pengaduan neraka kepada Allah sehingga Allah meletakkan kakiNya kedalam neraka, dan hadits bahwa Nabi Musa menempeleng malaikat maut, kata beliau :”hadits-hadits ini sahih, tidak ada yang mengingkarinya kecuali ahli bid’ah atau orang yang lemah akal”. (Assyarii’ah 2/93).
 
Kata Ibnu Taimiyah setelah menyebutkan hadits bahwa Allah turun kelangit dunia, dan hadits bahwa Allah gembira melihat hambanya yang bertaubat, juga hadits  bahwa Allah tertawa kepada dua orang yang saling membunuh dan kedua-duanya masuk syurga, dan hadits bahwa Allah meletakkan kakinya dineraka ,sehingga neraka mengatakan :” 
cukup ! cukup ! serta hadits-hadits lainnya, kata beliau :”Sesungguhnya golongan yang selamat –ahlussunnah- mengimaninya  sebagaimana mereka mengimani alqur’an, tanpa tahrif dan ta’thil, tanpa takyif  dan tamtsil, bahkan mereka adalah golongan tengah-tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...