Sabtu, 30 Mei 2020

Kenapa Anti Berita Politik Praktis?

Oleh: Abd Misno

Zaman memang telah merubah, sebagaimana perubahan yang terjadi pada setiap kata dan kalimat dari makna asalnya. Politik yang dalam ranah Islam dikenal dengan istilah siyasah yang tujuan utamanya adalah melakukan berbagai strategi untuk kesejahteraan umat agar mereka dapat menyembah Allah Ta’ala saja, kini telah menjadi istilah yang digunakan untuk mendapatkan kekuasaan. Politik saat ini lebih pada upaya untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri, kelompoknya dan kroni-kroninya. Kalaupun ada yang berusaha untuk bersih, pada akhirnya terkena debu-debu politik yang tidak selaras dengan nilai-nilai Ilahiah. 
Perseteruan politik akan mencapai klimaksnya ketika pemilihan kepala daerah, kepala negara dan kursi-kursi di dewan perwakilan rakyat. Segala cara dilakukan agar dapat meraih kemenangan, ada yang tulis ikhlas memperjuangan aturanNya namun lebih banyak yang karena kepentingan dirinya, partainya dan tentu saja dunianya. Semua itu sangat kentara dengan sikap inkonsistensi mereka dalam berbagai acara yang tersiar di media. 
Politik pada awalnya adalah upaya untuk mensejahterakan umat manusia kini berubah menjadi perebutan kekuasaan. Katanya sih kekuasaan hanya media sebagai sarana untuk mensejahterakan manusia, itu alasan mereka. Fakta di lapangan tentu akan sangat berbeda, apalagi dengan sistem suara terbanyak yang tidak jarang hal-hal yang telah baku dalam agama mau tidak harus dilabraknya. Ini kemudian memunculkan beberapa orang yang tidak suka dengan politik. 
Tujuan untuk mendapatkan kekuasaan dan dunia lainnya memunculkan persaingan dan saling serang yang ujung-ujungnya menghalalkan segala cara. Menyebarkan fitnah, aib dan menyerang kelemahan lawan menjadi hal yang biasa. Upaya framing dan menguasai media adalah jalan yang saat ini dilakukan, maka siapa yang menguasai media dia akan berjaya. Lebih parah lagi, para pengikutnya yang membabi-buta dalam mendukung kelompok dan calon-calon mereka. Hingga berbagai berita yang belum jelas kebenarannya tersebar dan viral di berbagai media. 
Inilah kemudian kenapa ada beberapa orang yang merasa bisan dengan berita politik, terlalu banyak manipulasi dan interpretasi yang tidak sesuai dengan standar aturan Ilahi. Seorang tokoh yang karena berasal dari lawan politiknya diserang habis-habisan, padahal bisa jadi apa yang dilakukan lawan politiknya itu benar adanya. Sering juga satu kebijakan dengan mudah dipatahkan hanya karena beda partai dan golongannya. Apapun yang dilakukan oleh lawan politiknya pasti salah dan akan selalu disalahkan, agama tidak lagi sebagai suatu standar kebenaran. Berbagai kepentingan kekuasan dan golongan menjadi standar baru dalam menilai sebuah kejadian dan menjadi standar kebenaran. 
Korban yang paling banyak adalah berasal dari masyarakat umum yang hanya menjadi pengikut, mereka mudah sekali dicekoki oleh berbagai berita yang belum tentu kebenarannya. Mereka melakukan aksi, pihak lain pun bereaksi maka yang terjadi adalah saling serang dan saling membenci antar anak negeri. Ini sudah sering terjadi, berbagai istilah yang menempel pada setiap pengikut mereka adalah fakta di depan mata. 
Kita tidak boleh anti politik, tapi politik yang sesuai dengan aturan Ilahi. Bukan politik yang dengan mudah dipola dan dibentuk oleh orang-orang yang gila kekuasaan dan dunia. Kita juga tidak anti berita politik praktis, tapi banyaknya hoax dan yang belum bisa dipastikan kebenarannya menjadi viral di media. Maka, berhai-hati dengan berita, tidak share dan berbagi sembarang berita tanpa mengetahui kebenarannya. Kemudian jangan menginterpretasi berita dengan perspektif sendiri, obyektiflah dalam menerima berita. Jangan jadikan berita yang kita terima walaupun dari sumber yang terpercaya kita telan mentah-mentah. Berlaku adil dan berusahalah selalu bijak dalam berbagai menyikapi berita, khususnya berita terkait dengan politik.
Kita tidak boleh anti dengan berita politik praktis, tapi cerdas dalam menyikapinya dengan melakukan check ulang dan interpretasi subyektif adalah jalan keluar yang menurut penulis bisa dipertanggungjawabkan. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...