Selasa, 19 Mei 2020

TAHAN... DAN BERBUATLAH ...

Oleh: Abd Misno MA



Saat ini kita berada di zaman penuh fitnah, yaitu zaman di mana banyaknya cobaan, bala’, dan berbagai kemungkaran yang kian merajalela. Zaman fitnah ini meniscyakan kita untuk dapat bersikap dengan bijak dan cerdas, khususnya dengan berbagai informasi yang sampai kepada kita. Perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi telah digunakan oleh banyak orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan berbagai isu, baik itu isu yang berisi kedustaan (hoax), bercampur antara kebenaran dengan kedustaan atau berita benar yang syarat dengan kepentingan. Jika sejak dahulu Islam mengajarkan untuk selalu melakukan tabayun, yaitu mengecek kembali kebenaran suatu berita maka zaman ini memerlukan adanya tabayun ekstra dalam menerima berita yang sampai ke depan mata. Tahan... dan berbuatlah...
Berbagai berita yang sampai kepada kita seringkali bermuatan berbagai kepentingan, dari mulai kepentingan politik, ideologi hingga isu dusta sehari-hari. Bisa jadi suatu berita itu benar terjadi tapi kemudian disebarkan tanpa memperhatikan kemudharatan yang akan ditimbulkan. Dari sini kita sering mendengar ungkapan “Jangan ungkapkan semua yang kita ketahui”, maknanya bahwa walaupun itu berita benar namun jika mudharatnya lebih banyak maka tidak perlu kita sebarkan. Karena biasanya berita seperti ini akan dengan mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang hatinya penuh dengan kebencian dengan Islam. Apalagi jika berita itu adalah jelas-jelas dusta, maka dosa besar apabila kita ikut menyebarkannya. Dosa di atas dosa karena berita itu akan terus menyebar hingga dosa atas orang berikutnya yang menyebarkan kembali akan berkontirbusi kepada pembuat awal berita dan orang-orang yang pertama-tama menyebarkannya. Maka ketika kita menerima berita, Tahan... pastikan bahwa berita itu benar atau yakin tidak akan menimbulkan kemudharatan. Seteleh itu berbuatlah... lakukan apa yang seharusnya kita lakukan dengan pertimbangan iman dan Islam.
Terkadang berita yang tidak benar (hoax) juga disebarkan oleh orang-orang yang beriman. Bukan karena keimanannya, tapi ketidaktahuannya akan isi berita itu yang kemudian mendorongnya untuk menyebarkannya. Jadi jangan berburuk sangka (su’udhan) dengan orang yang beriman yang ikut-ikutan menyebarkan berita dusta (hoax), karena di zaman fitnah ini para penyebar dusta sengaja memanfaatkan ketidaktahuan orang-orang beriman. Apalagi jika berita yang disampikan berkaitan dengan keimanan dan keislaman, ghirah yang tinggi tentu memiliki keinginan kuat untuk segera menyebarkannya atau minimal menyampaikannya kepada orang dekatnya. Jangan salahkan mereka yang tidak tahu, teruslah menyadarkan mereka karena itulah yang utama. Maka Tahan... pastikan bahwa berita itu benar.
Berita yang benar di zaman ini juga banyak disebarkan oleh orang-orang yang hatinya benci dengan Islam. Terkadang mereka juga adalah orang-orang Islam namun masih belum paham dengan konsekuensi keislamannya. Menyikap berita benar yang sampai kepada kita, maka hendaknya Tahan... dan pikirkan efek dari menyebarnya berita tersebut. Berita tentang berbagai wasiat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam atau orang-orang Sholeh serta berbagai fadhilah jika belum tentu kebenarannya sebaiknya jangan disebar terlebih dahulu. Bahkan jika sejatinya itu adalah kedustaan maka biarkan berita itu hanya sampai pada kita, karena berapa banyak para penyebar berita yang benar sejatinya hanya menginginkan rasa ketakutan pada diri umat Islam. Mereka ingin menghancurkan Islam dengan menyebarkan berita yang benar namun efeknya melemahkan umat Islam. Maka Tahan...  jangan sebarkan berita walaupun benar tapi berdampak buruk bagi umat Islam.
Apabila kita telah tabayun, check-recheck dan triple check serta telah yakin bahwa berita itu benar maka berbuatlah. Lakukan apa yang seharusnya patut untuk dilakukan, jangan bersikap reaktif tanpa ilmu. Jangan juga melakukan tindakan tanpa pertimbangan karena musuh-musuh Islam sangat suka jika umat Islam terprovokasi, melakukan tindakan yang sangat mereka harapkan berupa kekerasan atau tindakan yang tidak berkemanusiaan. Berbuatlah... jika memang suatu berita itu benar. Lakukan dengan tangan (kekuasaan), ucapan dan tindakan. Bila kita belum mampu melakukan semua itu atau karena mudharat yang lebih bisa yang akan ditimbulkan maka lakukan dengan hati, ingkari dengan hati segala isi berita yang sampai kepada kita. Jangan diam saja, apalagi jika kita tahu akan ilmunya, punya kekuatan, punya kekuasaan dan tidak adanya mudharat yang lebih besar yang akan ditimbulkan.
Berbuatlah... karena ketika kita diam saja dengan berbagai berita yang sampai kepada kita, maka bisa jadi hati kita telah mati atau iman kita dirasuki pemikiran yang menyimpang hingga tidak ada rasa ketika Islam dihina. Lakukan sesuai dengan kemampuan kita, jangan berlebihan gunakan ilmu dan pemahaman agar reaksi kita tepat sasaran. Berbuatlah... ketika memang sudah saatnya, ketika segala pertimbangan sudah dilakukan. Karena itulah bukti keimanan kita, jangan diam saja ketika ada berita sampai kepada kita, kita tahu berita itu benar adanya... karena nanti kita akan ditanya tentang itu semua.
Tahan... dan berbuatlah... tahan dan pastikan bahwa berita yang sampai kepada kita itu sudah benar. Tidak ada kemudharatan yang lebih besar ketika disebarkan, dan berbuatlah sesuai dengan tuntunan Islam. Jangan reaktif yang mengakibatkan musuh-musuh Islam senang karena strategi mereka sesuai tujuan. Sikapi dengan bijak, awali dengan ilmu landasi dengan ilmu dan berbuatlah dengan ilmu... karena semua yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan. Wallahu a’lam.
Kota Hujan, menjelang berbuka Puasa
19 Mei 2020








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...