Senin, 18 Mei 2020

Wabah Covid -19 vs Model Lockdown Suku Baduy

Oleh  :  Asep Kurnia, S.Pd


Sampai  menuju akhir bulan Mei 2020 Wabah corona virus disease-19 belum ada tanda tanda akan berakhir malahan makin menghantui dunia dan terus berimbas pada banyak sektor kehidupan karena angka kasus positif terinfeksi virus masih terus bertambah walau ada beberapa negara sudah ada penurunan angka kasus dan mulai melonggarkan lockdown. Di sebagian negara / wilayah terdampak sudah mulai muncul aksi aksi unjuk rasa  warganya menentang pemberlakuan karantina, mereka mulai jenuh dengan diberlakukannya lockdown walau itu sebagai upaya pemerintah dalam pencegahan penyebaran virus tersebut. WHO pun tetap mengingatkan bahwa , virus corona tak akan  pernah benar-benar hilang mesti suatu saat nanti ada vaksin untuk menanganginya, bahkan menekankan kepada seluruh negara untuk tidak lengah meski ada penurunan kasus di sejumlah negara.  Covid-19 ini memang aneh dan makin dianehkan oleh hampir semua pihak, disebut membahayakan memang ada fakta angka terkonfirmasi positif terinsfeksi tingkat dunia sudah mencapai angka 4.796.714  orang, angka kematian sudah mendekati angka 316.434 orang dan 1.849.628 sembuh dengan juara total kasus positif tertinggi diraih oleh Amerika Serikat dengan 1.526.171 terinfeksi, 90
931 meninggal dan 344.911 sembuh. Di Indonesia pun kasus terus merangkak naik sudah pada angka 17.514  dengan kematian 1.148 dan sembuh pada angka 2.129. (18/05/2020).


Indonesia adalah negara kepulauan terluas di dunia dengan  beragam budaya dan beraneka  suku bangsa  yang sejak lama sudah tersebar di lebih 16 ribu pulau memang rentan sekali dengan penyebaran virus ini,  buktinya diseluruh provinsi sudah merasakan imbas & efek domino dari wabah covid-19.  Selain angka terinfeksi & kasus kematian yang terus bertambah, terjadi pula kasus kasus  yang bersifat pshycologi sosial dan perubahan pola sosial yang ujungnya sangat meresahkan penduduk. Bahkan terjadi pula pelanggaran-pelanggaran sosial yang dilakukan oleh oknum pejabat dengan tentang penggelapan & penyunatan dana serta penyimpangan data bantuan sosial yang khusus diperuntukan bagi  warga negara yang pantas menerimanya.

Upaya pemerintah yang resmi dengan PSBB nya telah diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia terutama sekali untuk daerah berkategori *zona merah* dengan terlebih dahulu mengajukan izin ke pemerintah pusat. Lalu daerah yang masih nihil kasus dan atau daerah berkategori *zona hijau* bagaimana ? Pemerintah memberi advice berbagai pilihan namun tetap wajib menerapkan menu menu standar kesehatan berkaitan dengan cara menghindari covid-19 agar tidak menyebar. Kesukuan atau yang tergabung dengan Komunitas Adat Terpencil sekalipun tetap menjadi perhatian khusus pemerintah untuk tetap taat patuh pada instruksi Pembatasan Sosial Berskala Besar  model khusus dari lockdown versi Indonesia. Itu semata mata demi memenuhi azas adil dan merata bahwa seluruh rakyat indonesia berhak mendapatkan pelayanan dan perlindungan yang sama.

Walau berdasarkan konfirmasi belum ada laporan resmi yang menyatakan ada Suku Bangsa di negara kita yang terpapar secara serius oleh virus corona ..  himbauan untuk tetap melakukan PSBB itu disebut sebagai tindakan antisipasi secara dini bagi kesukuan mereka. Mengapa kesukuan di negeri kita cenderung tidak terjamah secara sporadis oleh wabah covid-19 ? Adakah kiat dan cara cara atau strategi khusus dari mereka mereka untuk menangkal penyebaran virus tersebut ? Pertanyaan inilah yang menarik bagi penulis untuk sedikit menyelidiki mengapa situasi tersebut terjadi di komunitas mereka, dan penulis punya sampel kesukuan khusus yang unik penuh misteri dari kesukuan yang ada di Indonesia yaitu SUKU BADUY yang berada di Kabupaten Lebak provinsi Banten.

Sejak heboh wabah covid-19 melanda dunia dan negeri kita, sudah berulang kali salah satu tokoh terkemuka suku baduy pak Jaro Sami berpangkat JARO TANGTU Baduy Dalam kampung CIBEO  ( wakil PUUN/RAJA) berkonsultasi dan intensif menanyakan seputar dan sekitar virus tersebut mulai dari apa nama virus tersebut, berasal darimana, sifat virus itu sendiri, kemudian dampak yang ditimbulkan sampai pada bagaimana  penangan yang dilakukan oleh pemerintahan RI terhadap wabah tersebut. Sampai-sampai penulis larut dan terlibat mendiskusikan secara hangat terkait fakta di lapangan dikaitkan dengan  situasi baduy saat ini dan pandangan baduy tentang makhluk bernama covid 19 sampai menjelaskan _ramalan yang dititipkan LELUHUR-nya_ pada beliau perihal wabah dan bencana alam sebagai tanda tanda akan terjadi nya perubahan tatanan dunia sesuai dengan perubahan  zaman yang beliau sebut sebagai proses : " *_Ayak ayak beas (goro goro) dan masa Pemutihan_* ".

Beliau memesankan pada kita untuk tetap _hati hati eling lan waspada terhadap kejadian kejadian alam yang makin makin hari makin memburuk_ karena itu adalah sebuah kepastian dalam perjalanan ( rotasi) alam. Beliau lebih jelas mengungkapkan dengan bahasa *sunda buhunnya* :" ...*_mangkade ka sakabeh umat manusia kudu eling jeung waspada kana sagala rupa totonde alam , mun gunung geus baritu disusul gempa geus unggal usik  kejadian dimana, manusa geus ingkar tina keyakinan agama , wabah panyakit araneh daratang ..manusia akhlak na geus jiga setan siluman ... eta ciri yen alam rek rubah segir ZAMAN na... komo mun geus nepi kana wawangsalan 'isuk isuk kejadian sore sore asup kuburan' eta geus nepi kana waktuna Ayak ayak beas alias pemutihan_* .. artinya : Mohon ke seluruh umat manusia harus eling dan waspada terhadap segala tanda tanda kejadian alam, jika gunung sudah pada meletus disusul oleh gempa bumi yang tiap saat terjadi dimana mana, manusia sudah melupakan keyakinan terhadap agama, wabah penyakit yang aneh mulai bermunculan, akhlak manusia sudah seperti setan, ...itu adakah ciri bahwa alam mau merubah tatanan zaman nya. Apalagi kalau sudah tiba pada perumpamaan ' pagi pagi kejadian sore sore masuk kuburan ( pagi terinfeksi virus sore hari meninggal dunia) itu sudah masuk pada MASA TRANSISI atau pemutihan.

Kalau melihat tanda tanda dan gejala Virus corona 19 , kata beliau masih belum pada puncak wabah penyakit yang diramalkan, cuma tanda tanda wabah corona berhasil menjauhkan syariat dan menghilangkan keyakinan aturan agama dari hati manusia yang beragama sudah bukti. Makanya di suku baduy aturan untuk mengkarantina atau me-lockdown warga kesukuannya dari pengaruh negatif modern sudah dipersiapkan sejak lama sejak baduy lahir sebagai antisipasi cerdas para leluhurnya untuk  menghindari masuknya wabah virus dan menghindari terjadinya terserang penyakit atau polusi mental dengan ditetapkannya aturan adat yang baku dan mengikat ke semua pihak yaitu " *BULAN KAWALU*" dimana isi kegiatannya adalah menutup masuknya warga luar baduy ke dalam tanah ulayat Baduy Dalam selama 3 bukan penuh mulai dari bulan KASA, KARO dan KATIGA di bulan penanggalan kalender adat baduy yang dibarengi dengan kegiatan berpuasa dan membersihkan segala bentuk dosa akibat sikap dan prilaku yang melanggar aturan agar di tahun baru mereka kembali bersih lahir bersih bathin dan siap menjalin kehidupan sesuai hukum adat mereka.

Itulah mengapa suku baduy selalu tetap steril dan terjaga dari berbagai pengaruh modern sehinga tidak mudah terpolusi oleh penyakit maupun wabah virus yang terus menerus mengganggu mereka. Kita mengira LOCK DOWN adakah teori baru , ternyata baduy yang notabene masuk katagori KAT (Komunitas Adat Terpencil) sudah lebih duluan melaksanakan teori lockdown yang hari ini dipakai untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19.

May, 18 04 2020
Padepokan Baduy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...