Senin, 24 Januari 2011

Ketika Perpustakaan ada Di Genggaman…..

Ketika Perpustakaan ada Di Genggaman…..
Oleh Abu Aisyah

Transformasi perpustakaan konvensional menjadi perpustakaan digital telah membawa sebuah metode baru dalam mengakses informasi. Di satu pihak kita dimudahkan dengan kehadiran perpustakaan digital yang memudahkan untuk mencari referensi bagi tulisan-tulisan kita. Namun di pihak lain, ada sesuatu yang hilang dalam kehidupan kita. Adakah sesuatu yang hilang kita rasakan?
Ketika perpustakaan berada di genggaman tangan seharusnya akan memudahkan kita untuk mencari setiap informasi dan sumber solusi bagi setiap permasalahan yang ada. Misalnya kita ingin mencari jawaban mengenai tekhnik pemilihan kepala Negara dalam Islam, maka tinggal masukan key word (kata kunci) maka hanya dalam hitungan detik telah terpampang semua informasi yang berkaitan dengan apa yang kita cari.
Barangkali ada sebagian pembaca ada yang belum paham dengan judul tulisan ini. Yang saya maksud dengan perpustakaan berad di genggaman tangan adalah bahwa saat ini semua buku-buku referensi telah berevolusi menjadi sebuah file digital. Kemudian file-file digital tersebut dijadikan satu dalam bentuk file CHM atau dalam kumpulan yang lebih banyak semisal Maktabah Syamilah, Maktabah Alfiyah dan yang lainnya. Sehingga semua buku-buku maroji’ (referensi) tersebut sudah ada di PC kita atupun laptop dan note book. Bahkan saat ini telah ada di HP, PDA, Smartphone, Ipad dan yang lainnya. Intinya adalah sebuah perpustakaan kini benar-benar telah berada di genggaman tangan kita.
Kemudian apa yang bisa kita lakukan? Terlalu banyak untuk disebutkan. Ketika sumber-sumber ilmu pengetahuan yang begitu melimpah ada di genggaman, menjadi sebuah kemudahan bagi kita untuk mengakses semua referensi tersebut. Tentunya dengan syarata memiliki kemampuan untuk menganalisa buku-buku induk tersebut. Penguasaan bahasa Arab bisa menjadi bekal utama, walaupun saat ini file digital yang juga telah banyak yang menggunakan bahasa Indonesia.
Namun seiring kemajuan tekhnologi ini, ada sesuatu yang hilang pada kaum muslimin. Keberkahan ilmu adalah sesuatu yang hilang dari kaum muslimin, keberkahan yang dimaksud adalah kebaikan yang banyak dari adanya perpustakaan digital tersebut. Dahulu ketika mencari satu buah hadits harus dilakukan dengan perjalanan panjang menembus lautan sahara dan memerlukan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu, kini hanya dengan satu klik dalam hitungan detik hadits tersebut telah ada di depan mata.
Maka walaupun kemudahan itu telah ada di depan mata, nilai kebaikan (keberkahan) itu justru semakin berkurang. Hal ini bisa dipahami bahwa ketika para ulama dulu mencari satu buah hadits mereka dengan perjuangan luar biasa mendapatkan hadits tersebut, mereka catat, mereka hapal dan langsung diamalkan. Inilah yang membedakan kita dengan mereka, mereka sangat hapal dengan hadits yang mereka dapatkan karena langsung diamalkan, sedangkan kita mungkin sudah banyak sekali hadits yang kit abaca dan kita dengar namun hanya sedikit sekali yang kita amalkan. Inilah salah satu dari keberkahan ilmu yang hilang tersebut.
Walaupun seluruh hadits telah kita ketahui namun perjuangan untuk mendapatkannya tidak dibarengi dengan pengamaannya. Sehingga yang terjadi adalah mengetahui suatu hadits tapi tidak mengamalkannya. Dalam skala yang lebih luas kita memiliki begitu banyak referensi namun tidak bermanfaat untuk kita. Semoga kita tida termasuk mereka yang disebutkan oleh Allah ta’ala dalam QS Al-Jumu’ah ayat 5 :
مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِئَايَاتِ اللهِ وَاللهُ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya  adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
Permisalan ini adalah sebuah perumpaan yang sangat terang, bahwa seekor keledai yang membawa buku-buku tebal tidak dapat mengambil manfaat darinya, bahkan ia menganggap itu adalah beban. Demikian pula orang-orang yang dalam komputernya terdapat begitu banyak referensi namun hanya sekadar koleksi dan tidak dapat mengambil manfaat darinya bisa jadi ia seperti keledai dalam ayat tersebut.
Sebenarnya ini juga berlaku bagi mereka yang memiliki referensi dalam bentuk buku, mereka memiliki banyak buku hanya sekadar pajangan di ruang tamu atau memerindah ruang keluarga. Semoga kita terhindar dari hal-hal tersebut.
Dalam ayat di atas ada sesuatu yang menarik yaitu “Seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal” secara bahasa bahwa kalimat “membawa” adalah memiliki kitab-kitab tebal yang selalu dibawa kemana-mana, sehingga jika saat ini di antara kita memiliki laptop atau  note book yang selalu kita bawa kemana-mana dan berisi buku-buku yang tebal maka berhati-hatilah bisa jadi kita masuk ke dalam sindiran ayat tersebut.
Maka ketika perpusatakaan telah ada di genggaman tangan, manfaatkanlah ia, jadikan ia referensi yang memudahkan ibadah kita kepada Allah ta’ala. Dengan ini mudah-mudahan keberkahan ilmu yang selama ini hulang dapat kita raih kembali. Jangan sampai kita terancam dengan QS Al-Jumu’ah ayat 5 tersebut. Wallahu ‘alam.     


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...