Oleh : Abu Aisyah
Suatu hari saya pernah ditanya oleh seorang teman "Anda ikut madzhab apa?" katanya. Belum sempat saya menjawab pertanyaan tersebut, ia kembali berucap "Kalau saya madzhabnya Imam Syafi'i". Sejenak saya berpikir "Saya juga mengikuti Imam Syafi'i" jawab saya antusias.
Dari percakapan tersebut kita dapat melihat bahwa pemahaman sebagian masyarakat mengenai madzhab cukup beraneka ragam. Sebagian mereka menganggap bahwa madzhab dalam Islam seperti sebuah jalan yang harus ditempuh oleh seseorang, sehingga tidak heran jika ada dialog-dialog seperti tersebut di atas.
Sebenarnya masalah madzhab adalah masalah klasik yang tidak akan pernah habis untuk dibahas, yang menjadi masalah adalah ketika seseorang melihat adanya perbedaan pada diri orang lain karena mengikuti madzhab yang berbeda lalu ia dengan sombong berkata "Madzhab sayalah yang paling benar".
Fenomena madzhab hanya sebuah pucuk gunung es yang terlihat bagian atasnya saja, padahal di bawahnya terdapat begitu lebar dan luas wilayah cakupannya.
Cakupan yang dimaksud adalah begitu banyak kelompok-kelompok Islam yang seolah-olah tidak nampak di permukaan namun memiliki pengikut yang banyak.
Adanya kelompok-kelompok yang terang-terangan menunjukan eksistensinya adalah salah satu bukti nyata, sebut saja Jama'ah Islamiyah yang katanya adalah bagian dari jaringan teroris dunia, atau ada juga Jaringan Islam Liberal yang mengaku berpaham moderat liberal.
Saat ini kelompok-kelompok Islam semakin beraneka ragam, dari orang-orang yang menyendiri di mihrab-mihrab kesunyian, hingga para aktifis Hak Asasi Manusia yang memperjuangkan ”Kebebasan” untuk semua di mimbar-mimbar perdebatan. Bahkan hingga hari ini kita masih terjebak ke dalam perseteruan tidak pernah usai antara syi'ah dan sunni.
Ini bukanlah fatamorgana atau sekadar cerita, ini adalah fakta yang bisa dilihat dengan mata kepala. Jika pucuk gunung es tersebut hanya berbicara tentang madzhab, maka bagian dalam gunung es tersebut berkaitan dengan kebebasan beragama, emansipasi perempuan, hak asasi manusia dan ambisi kelompok-kelompok yang keukeuh dengan simbol-simbol syariat Islam.
Apa yang terjadi? bagi kalangan akademisi dan orang-orang yang bergelut dalam dunia pemikiran tentu tidak akan terperdaya dengan semua itu, ia akan mampu menyaring, memilah dan memilih setiap kelompok yang ada. Ia mampu untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah, tentunya dengan standar keilmuan yang dimiliknya.
Namun bagi orang awam, ini adalah masalah besar. Merekalah yang akan menjadi korban, korban dari berbagai aliran dalam Islam yang sering kali hanya mementingkan kelompoknya sendiri-sendiri.
Berbanding lurus dengan fenomena tersebut, survey yang dilakukan oleh beberapa LSM menunjukan bahwa masyarakat muslim yang berada di wilayah Indonesia hanya sedikit sekali yang memahami dan mengamalkan Islam, fenomena Islam KTP masih belum terhapuskan dari negeri ini.
Kaitannya dengan kelompok-kelompok Islam yang ada adalah mereka menjadi makanan empuk untuk dijadikan pengikut. Dengan segala keterbatasan ilmu tentang Islam, mereka akan menjadi korban dan akan dengan mudah ditarik menjadi pengikut suatu kelompok yang dipertanyakan, “Untuk apa didirikan ?”
Sekarang muncul pertanyaan, "Apakah tidak boleh membentuk kelompok-kelompok dalam Islam?". Sejatinya tidak ada larangan untuk membuat kelompok-kelompok dakwah, jika didasarkan pada situasi dan kondisi yang mengharuskan hal tersebut. Yang menjadi masalah adalah apabila kelompok-kelompok tersebut justru mengkotak-kotak umat, sehingga mengakibatkan suara-suara sumbang yang tidak didasari oleh ilmu keluar tanpa bisa dicegah
"Dia kan pengikut kelompok sesat"
"Mereka itu kelompok yang hanya menggunakan Al-Qur'an saja" atau ucapan "Jangan dekat-dekat dengan orang seperti itu, bisa-bisa kamu ketularan jadi teroris".
Sebenarnya tidaklah salah orang-orang yang mengucapkan hal tersebut, apalagi memang dalam mengucapkannya tidak didasari oleh ilmu. Yang disalahkan adalah orang-orang yang paham tentang hal tersebut namun tidak mau memberikan penjelasannya.
Apa yang bisa kita lakukan? memberikan pemahaman secara obyektif mengenai Islam. Ini adalah tugas bersama seluruh umat Islam yang diberikan pemahaman yang lebih tentang agamanya.
Pemahaman yang memberikan penjelasan sepenuhnya mengenai hakikat Islam, yah… Islam apa adanya itulah yang harus dijelaskan kepada umat untuk menjawab berbagai persoalan yang terjadi di tengah-tengah mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...