Proses pembelajaran bagi siswa di tingkat SMP adalah sesuatu yang begitu menantang, menantang karena usia mereka yang berada pada titik transisi perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Tantangan ini memerlukan adanya berbagai aspek professional dari seorang guru. Di antara aspek profesional tersebut adalah adanya kemampuan untuk menyajikan materi pelajaran dengan kreatif dan menyenangkan, namun juga tidak keluar dari materi pembahasan. Dari sinilah diperlukan adanya sebuah metode pembelajaran yang dapat menggairahkan minat belajar siswa.
Di antara metode yang saya praktekkan di ruang kelas adalah mengajak mereka masuk ke dalam materi dengan berimaginasi. Mata pelajaran IPS yang sering kali membuat siswa mengantuk saya kemas dengan berbagai metode. Metode yang saya gunakan adalah kolaborasi dari beberapa metode belajar yang telah ada sebelumnya. Teaching Mix (Bauran Pengajaran) ini menghasilkan sebuah metode yang khas dan membuat siswa saya menikmati mata pelajaran ini.
Maka tidak mengherankan jika pelajaran IPS menjadi mata pelajaran favorit siswa, apalagi mata pelajaran ini tidak banyak membutuhkan kerja otak dan logika. Inilah kelebihan pelajaran IPS. Nilai lebih lainnya, mereka lebih dapat mengendalikan perasaan dan emosi. Di sini kita masuk pada pendidikan EQ (Emotional Question), terutama ketika pembahasan tentang Sosiologi dan Geografi (termasuk Anthropologi).
Pada mata pelajaran Ekonomi kita ajak mereka mengeksploitasi kemampuan mereka mendeteksi berbagai kegiatan ekonomi di sekitanya. Hasilnya mereka semakin terpacu untuk mengetahui tentang kegiatan ekonomi yang ada dan mereka saksikan sendiri.
Sejarah sebagai bagian dari mata pelajaran IPS terpadu adalah mata pelajaran yang sangat disukai oleh siswa saya. Siswa-siswa paling bersemangat untuk mengikuti pembelajaran ini, apalagi jika diadakan semacam studi tour saya menyebutnya Learning by Exploring. Kebetulan sekolah kami dekat dengan beberapa situs bersejarah seperti Batu Tulis dan sekali waktu ke Banten Lama.
Namun karena dana yang kurang sering kali kegiatan tersebut diganti dengan melihatnya hanya lewat layar kaca (Video). Beberapa software sebenarnya cukup membantu, namun memerlukan adanya komputer untuk tiap siswa, sehingga cukup merepotkan dan tidak dianjurkan.
Pendidikan adalah investasi yang tidak diragukan lagi urgensinya. Ia laksana sebuah rel kereta api yang akan mengantarkan gerbong kereta ke tujuan. Rel kereta api yang tidak sempurna seringkali membuat laju kereta api tersendat, sehingga diperlukan adanya rel kereta api yang sempurna atau minimal mendekati sempurna.
Kesempurnaan rel kereta api tidak mungkin akan terwujud tanpa adanya komponen-komponen rel dari bahan besi dan baja yang kuat, selain itu cara merangkai dan menyusunnya juga memiliki peranan penting. Dengan komponen-komponen pilihan tersebut diharapkan laju gerbong kereta api akan lancar.
Proses pendidikan kurang lebih sama dengan rel kereta tersebut. Jika system pendidikan tidak sempurna maka tujuan dari pendidikan tidak akan tercapai. System pendidikan sendiri terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, di antaranya adalah guru, metode mengajar dan media pembelajaran. Unsur guru dan metode mengajar menjadi inti dalam proses KBM. Bagaimana seorang guru mempunyai kompetensi sebagai penunjang bagi suksesnya pendidikan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi ini harus ada pada seorang guru sehingga proses KBM akan berjalan sesuai yang diharapkan.
Metode penyampaian materi dalam pembelajaran memiliki saham dalam mencapai tujuan pendidikan, ia akan sangat berdampak kepada terserapnya materi oleh siswa. Perkembangan paling mutakhir menunjukan banyak sekali metode-metode yang digunakan dan dikembangkan oleh para guru dan praktisi pendidikan sebagai terobosan menuju pembelajran yang menyenangkan. Banyaknya metode-metode mengajar tersebut memudahkan guru untuk mampu meramunya menjadi sebuah metode mengajar yang khas tersendiri.
Siswa sebagai komponen dari system pendidikan juga tidak bisa diabaikan. Karakteristik, sifat dan kondisi sosial budayanya harus menjadi pertimbangan dalam proses KBM. Karena pengetahuan tentang siswa akan turut mempengaruhi berhasil tidaknya proses KBM. Siswa dengan karakteristiknya yang beraneka ragam mengharuskan setiap guru untuk mengekspresikan dan meramu metode pengajarannya. Di antara ragam siswa tersebut adalah anak yatim yang tinggal di asrama (boarding school). Ada anggapan di masyarakat bahwa mendidik (mengajar) anak yatim lebih sulit dari mengajar anak biasa (non yatim). Benarkah anggapan demikian?
Metode yang saya terapkan adalah "Pembelajaran Menembus Ruang" yang telah dipraktekkan di depan siswa-siswa yatim pada MTs Ibnu Taimiyah yang merupakan salah satu strata pendidikan di Ibnu Taimiyah Islamic Boarding School for Orphan di Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...