Oleh : Abdurrahman
Sebagai seorang muslim kita tidak meragukan lagi bahwa kebenaran hanya ada pada Islam. Ia adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah ta'ala, sebagaimana firmanNya :
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. QS Ali Imran ayat 19.
Seluruh kaum muslimin sepakat tentang hal ini, karena itu jika ada orang yang menyatakan bahwa selain agama Islam adalah benar maka orang tersebut dipertanyakaan keislamannya, kenapa? karena Al-Qur'an telah membantahnya. Mari kita baca ayat yang membantah pendapat tersebut, Allah ta'ala berfirman :
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ(85)
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. QS Ali Imran ayat 85.
Secara tegas ayat ini menunjukan bahwa selain agama Islam adalah sesat. Kalau ada yang mengatakan "Jika demikian Islam tidak mempunyai sikap tenggang rasa dengan agama lain?" kita akan jawab bahwa keyakinan tentang kebenaran Islam adalah prinsip yang harus dipegang, ketika prinsip ini terkontaminasi dengan virus-virus dari luar Islam dan masuk ke dalam dada seseorang maka keislamannya mengalami erosi aqidah. Agama lain hanya dibenarkan oleh pengikutnya saja, sedangkan Islam sama sekali tidak mengakuinya. Islam hanya menghormati sebatas mereka menghormati Islam.
Intinya adalah seorang muslim harus meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan siapa saja yang mengikuti selain agama Islam maka agama tersebut ditolak dan dia akan diadzab di akhirat.
Ketika kita telah meyakini dengan keyakinan yang mendalam bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, maka selanjutnya kita juga harus yakin bahwa Islam adalah agama seluruh nabi dan rasul, sejak diturunkannya nabi Adam hingga akhir zaman, Allah ta'ala berfirman :
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ(92)
Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. QS Al-Anbiyaa ayat 92.
Dalam ayat yang Allah ta'ala menceritakan mengenai nabi-nabi yang telah diutusNya, mereka semua adalah muslim (orang yang berserah diri) :
قُولُوا ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ(136)
Katakanlah (hai orang-orang mu'min): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya`qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh (Islam) kepada-Nya". QS Al-Baqarah ayat 136.
Muslim adalah orang-orang yang berserah diri hanya kepada Allah ta'ala, penamaan ini telah berlaku sejak diturunkannya wahyu kepada nabi dan rasul pertama, sebagaimana disebutkan dalam firmanNya :
هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. QS Al-Hajj ayat 78.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama bagi seluruh umat manusia tanpa melihat suku dan ras tertentu serta waktu dan tempat mereka tinggal. Hal ini sebagaimana makna dari Islam yaitu tunduk patuh kepada syariat Allah ta'ala. Maka siapa saja yang tunduk patuh kepadaNya dan tidak mempersekutukannya berarti dia adalah seorang muslim.
Para nabi sendiri semuanya Islam walaupun mereka mempunyai syariat yang berbeda-beda :
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا ءَاتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ(48)
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, QS Al-Maidah ayat 48.
Ketika kita mengetahui bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, maka kebenaran adalah milik Islam saja. Sehingga dari sini kita memiliki mizan ukuran sesuatu itu dikatakan benar atau salah, sesat atau selamat jika diukur dengan mizan Islam. Bagaimana mengukur segala sesuatu dengan Islam?
Islam memiliki dua sumber hukum yang selalu terjaga keotentikannya, keduanya yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. Maka ketika kita berbeda pendapat mengenai sesuatu hal kita harus mengembalikannya kepada keduanya :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا(59)
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS An-Nisaa ayat 59.
Ayat ini menunjukan bahwa perbedaan pendapat di kalangan umat Islam pasti terjadi, dan jalan keluarnya adalah dengan merujuk kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah. Hal ini diperkuat oleh sabda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam dalam sebuah haditsnya :
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama-lamanya jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitabullah (Al-Qur'an) dan dan sunnah nabiNya (hadits). HR Malik dan Al-Hakim.
Masih banyak lagi ayat dan hadits lainnya yang menunjukan bahwa keduanya adalah sumber dan timbangan dalam menentukan sebuah hukum dalam Islam. Keduanya juga sebagai timbangan dalam menentukan suatu kelompok itu sesat atau selamat.
Seluruh kelompok Islam mengaku bahwa mereka juga berpedoman kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah (Al-Hadits), tapi kenyataannya mereka tetap berpecah belah dan mempunyai jalan sendiri-sendiri. Ada apa ini? salah dalam memahami keduanya, itulah jawaban yang tepat.
Jalan terbaik yang dapat ditempuh oleh kaum muslimin untuk menyatukan barisan adalah dengan mengambil pemahaman para shahabat Nabi sebagai pedoman, sabda Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam di dalam salah satu riwayat : ما انا عليه اليوم واصحابي (Apa-apa yang aku dan para shahabatku berada di atasnya) adalah suatu petunjuk mengenai hal ini.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq. QS Ali Imran ayat 110.
Mereka yang disebut sebagai umat terbaik adalah umat Islam secara umum, sedangkan dalam makna khusus tentu adalah para shahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam.
Dalam firmanNya yang lain disebutkan :
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ(7)جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ(8)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga `Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. QS Al-Bayyinah yat 7 dan 8.
Secara lebih khusus Allah ta'ala menyebutkan keridhaan sifat beragama mereka dengan sebuah ayatNya :
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ(100)
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. QS At-Taubah ayat 100.
Ketiga ayat di atas sudah cukup bagi kita untuk mengetahui bagaimana kondisi beragama para shahabat Nabi. Mereka yang telah mendapatkan rekomendasi dari Yang Maha Tinggi yaitu keridhaanNya dalam hal cara dan metode mereka dalam beragama.
Ayat-ayat tersebut juga merupakan motivasi agar umat Islam mencontoh mereka di dalam segala aspek kehidupan, karena mereka juga mencontoh Rasulullah. Sebagaimana kita diperintahkan untuk mencontoh beliau. Allah ta'ala berfirman :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا(21)
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. QS Al-Ahzab ayat 21.
Ayat yang mulia ini adalah sebagai perintah bagi umat Islam untuk mencontoh Rasulullah di dalam segala aspek kehidupan, dari mulai masalah aqidah, ibadah, muamalah dan lain sebagainya.
Dalam sebuah haditsnya beliau juga mengkaitkan antara taat kepada beliau dengan mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh para shahabatnya :
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
Hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafa Ar-Rasyidin (para shahabat) sesudahku. Pegang erat-erat sunnah tersebut dan gigitlah dengan gigi gerahammu. HR Thirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah.
Demikianlah rekomendasi beliau bagi para shahabatnya, maka kewajiban bagi kita untuk meneladani beliau dan para shahabatnya tersebut.
Dari sini kita memperoleh satu pondasi lagi untuk mengetahui sebuah kelompok sesat atau selamat. Selain dengan melihat dari prinsip-prinsip yang digunakan oleh kelompok tersebut. Dengan melihat ciri-cirinya kita dapat mengenali mereka dan mengelompokkan mereka ke dalam kelompok sesat atau selamat.
Untuk mengetahui kesesatan-kesesatan kelompok dalam Islam kita tidak bisa melepaskan diri dari ciri-ciri dari kelompok yang selamat. Maksudnya adalah, ketika kita membahas tentang ciri-ciri kelompok yang sesat maka kita tidak bisa melepaskan diri dari sifat-sifat kelompok yang selamat. Sehingga pembahasan dalam buku ini akan berupaya untuk membahas mengenai sifat-sifat dari kelompok yang selamat sekaligus jika bertentangan dengan hal itu maka kelompok tersebut adalah sesat.
Akhirnya kami berdo'a kepada Allah ta'ala, semoga kita diberikan petunjuk bahwa yang sesat adalah sesat sehingga kita dapat menjauhkannya dan yang selamat adalah selamat serta kita bisa untuk mengikutinya.
اللهم أرنا الحق حقا وارزقنا اتباعه وأرنا الباطل باطلا وارزقنا اجتنابه
Ya Allah tunjukilah kami bahwa kebenaran itu adalah sebuah kebenaran dan limpahkanlah karuniamu agar kami dapat mengikutinya dan tunjukilah kami bahwa sesuatu itu adalah buruk dan karuniakanlah kami agar dapat menjauhinya.
Dakwah kepada jalan keselamatan adalah epos dakwah yang sangat panjang dimulai sejak Nabi Adam diturunkan ke dunia hingga akhir zaman. Seluruh nabi dan rasul yang diutus selalu mengajak kepada keselamatan. Jalan keselamatan ini berdiri kokoh di atas syariahNya. Maka orang-orang yang membuat kelompok-kelompok yang tidak memiliki pondasi yang kokoh dalam dakwahnya adalah kelompok yang sesat. Dakwah menuju keselamatan berdiri di atas pondasi tauhidullah yaitu pengesaan Allah ta'ala dari berbagai penyekutuan dengan makhluk-makhluknya, ia menjadi pioneer dalam keikhlasan hanya kepadaNya saja. Tidak ada niat untuk mendapatkan keuntungan duniawi apalagi mencari popularitas diri.
Kelompok-kelompok Islam yang sesat selalu mendakwahkan bahwa kelompok mereka yang paling awal di dalam dakwah Islam ini dan mereka mengaku bahwa dakwah merekalah yang terdepan di antara dakwah-dakwah firqah sesat lainnya.
Maka kelompok yang selamat tidak membutuhkan basa-basi atau kata-kata yang tidak ada bukti dan faktanya. Mereka memberikan fakta dan data yang lengkap tentang kemurnian dakwah ini.
Dakwah bagi kelompok yang selamat adalah dakwah mengajak manusia untuk kembali kepada Islam, bukan mengajak mereka dalam ikatan-ikatan kelompok, suku, ras atau kepentingan duniawi. Dakwah ini mengajak kepada seluruh umat manusia untuk senantiasa mengesakan Allah ta'ala di dalam peribadahannya.
Dakwah ini mempunyai cara-cara yang berupa tashfiyyah dan tarbiyah. Tashfiyyah yaitu pembersihan Islam dari berbagai racun-racun dari luar Islam yang telah masuk ke dalam tubuh umat Islam. Sedangkan Tarbiyah adalah mendidik umat ini dengan amal-amal Islamy dalam segala aspek kehidupan mereka.
Dakwah kelompok ini akan terus berjalan hingga datangnya hari kiamat, ia akan terus diwariskan dari generasi ke generasi, Allah yang akan menjaga dakwah ini hingga datangnya hari yang telah ditentukan :
لَا يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ
Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang mereka menampakan kebenaran ini hingga datangnya urusan Allah (kiamat) dan mereka tetap istiqamah. HR Ahmad.
Dakwah yang selamat ini akan selalu ada walaupun banyak manusia yang tidak menyukainya. Di antara tujuan dakwah ini adalah mengajak kepada persatuan di atas aqidah, muamalah dan ibadah yang sesuai dengan apa yang diajarkan nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa sallam kepada para shahabatnya. Sehingga ia akan selalu up to date di mana saja dan kapan saja.
Berbeda dengan firqah-firqah yang sesat yang mereka mengajak kepada persatuan dan kesatuan di atas perpecahan. Kenapa? karena mereka mengatakan bahwa berbagai macam aqidah dapat disatukan di atas persatuan Islam katanya. Selain itu banyak di antara kelompok-kelompok sesat itu hanya terbatas pada kelompok tertentu atau ras tertentu, akibatnya membuat sempit cakupan dakwah Islam ini. Selain itu persatuan yang mereka inginkan juga cenderung hanya mengikuti hawa nafsunya saja.
Jelas ini adalah sebuah persatuan di atas perpecahan, karena mereka mengajak bersatu sementara aqidah mereka tidak sama, padahal persatuan yang didakwahkan kepada shahabat dari Nabi kita adalah persatuan di atas aqidah yang shahih.
Dalam dakwahpun, firqah-firqah sesat ini adalah golongan dakwah mutakhirin (belakangan) yang telah banyak tercampuri oleh berbagai pemahaman di luar Islam, sehingga banyak sekali kerancuan di dalamnya, dalam sebuah ungkapan disebutkan :
كل خيرا اتبع السلف , كل شر اتبع الخلف
Segala kebaikan hanya dengan mengikuti salaf (orang-orang awal) segala keburukan hanya mengikuti khalaf (orang-orang akhir).
Demikianlah dakwah golongan yang selamat, ia berjalan sejak adanya makhluk yang bernama manusia hingga manusia tidak ada lagi. Mereka akan senantiasa ada, mereka menampakan kebenaran terus menerus, dakwah ini akan diteruskan dari generasi ke generasi, sebagaimana sabda Nabi :
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
Tidak akan pernah hilang satu kelompok dari umatku yang mereka melakukan kebenaran secara terang-terangan, tidak membahayakan mereka orang-orang yang mencela mereka hingga datang hari kiamat. HR Muslim no. 1920.
Rasulullah adalah pendiri pondasi dakwah ini karena dakwah salafiyah adalah dakwah para nabi dan rasul yang ,mereka berdakwah untuk mentauhidkan Allah ta'ala tidak menyekutukannya di dalam segala hal, serta menjauhkan dan menghancurkan taghut-taghut (sembahan selain Allah) serta menjadikan seluruh manusia orang-orang yang bertauhid (muwahhid).
Dakwah ini tidak dikotori oleh pendapat-pendapt rusak para pendusta dan ucapa-ucapan dusat para perusak, sehingga dakwah ini adalah murni datang dari Yang Maha Tinggi dan yang berhak membuat syariat. Asy-Syari' yang disampaikan kepada Muhammad SAW melalui malaikat Jibril baik itu berupa Al-Qur'an, dan As-SUnnah serta ijma' para shahabat yang telah diridhai olehNya.
Serta dakwah ini juga mengemukakan atau mengedepankan nash-nash Al-Qur'an dan As-Sunnah dahulu baru mengambil hukum-hukum dari keduanya dan mengambil kesimpulan atau istinmbat hukum, tidak seperti dakwah-dakwah lain (hizbiyah) yang mereka memaksakan suatu dalil agar cocok dengan pendapat-pendapat mereka. Contohnya jama'ah tabligh yang metakwil QS Ali Imran ayat 110, kata kharaja dengan pemahaman mereka khuruj mereka beberapa waktu untuk berdakwah katanya, ini jelas perlu dikaji kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...