Oleh : Abu Aisyah
Islam adalah sebuah dien atau aturan hidup paripurna. Ia menjadi jalan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Ia adalah sekumpulan pedoman hidup dalam rangka mencapai kebahagiaan di dunia dan dia akhirat. Allah ta’ala berfirman :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. QS Al-Maidah : 5
Ayat yang mulia ini menunjukan bahwa Islam adalah agama yang telah diridhai oleh Allah ta’ala bagi seluruh umat manusia.
Sebagai sebuah agama universal Islam adalah anugerah dan rahmat bagi seluruh alam, tidak hanya rahmat bagi umat namun juga bagi setiap makhlukNya yang berada di alam dunia ini. Allah ta’ala berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. QS Al-Anbiya : 107.
Rahmat bagi seluruh alam bermakna membawa kedamaian dan keselamatan bagi seluruh alam baik itu manusia, hewan dan juga tumbuh-tumbuhan.
Fitnah terhadap Islam dan umatnya saat ini semakin memprihatinkan, di mana mereka menuduh bahwa Islam adalah agama teroris, Islam adalah agama kekerasan dan Islam adalah sumber serta inspirasi pengeboman. Itulah tuduhan yang saat ini kita dengar dan saksikan, padahal tidaklah mereka berbicara kecuali sebuah kedustaan :
مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلا لآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلا كَذِبًا
Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. QS Al-Kahfi : 5.
Namun pembelaan terhadap Islam tidaklah bermakna jika hanya ucapan-ucapan dan khutbah-khutbah tanpa adanya bukti nyata di lapangan. Karena itu pada kesempatan kali ini kita akan melihat bagaimana sebenarnya Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Sejenak marilah kita perhatikan bagaimana Nabi kita yang mulia memberikan suri tauladan dalam kapasitas sebagai rahmat bagi seluruh alam.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.. QS Al-Ahzab : 21
Jika selama ini Islam identik dengan kekerasan maka sesungguhnya tidaklah demikian, Islam selalu memerintahkan untuk berbuat kebajikan, Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.. QS An-Nahl : 90
Permusuhan dan kekerasan sangat dibenci oleh Islam, bahkan rasulullah sangat membenci dengan segala bentuk kekerasan ini. Pada suatu hari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam didatangi oleh Thufail Ad-Dausi. Kemudian ia berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kabilah Daus menentang dan menolak dakwah ini. Maka doakanlah agar Allah menghancurkan mereka.” Maka Rasulullah pun menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya. Para shahabat yang ada di situ berucap: “Binasalah Daus!” Ternyata Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam mengucapkan doa: “Ya Allah, berilah hidayah pada suku Daus dan bawalah mereka kemari” (beliau mengucapkannya tiga kali). (HR. Bukhari dan Muslim).
Inilah rahmat bagi seluruh alam, nabi tidak pernah mendoakan kejelekan hingga kepada musuh-musuhnya. Beliau selalu mendoakan kebaikan agar mereka mau menerima Islam dan mendapatkan hidayah dari Allah ta’ala. Dan ternyata doa beliau tidak sia-sia Suku Daus datang berbondong-bondong kepada Nabi untuk masuk Islam.
Dalam riwayat yang lainnya disebutkan bahwa pernah dikatakan kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah, doakanlah kejelekan bagi musyrikin.” Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam menjawab:
لم يكن بعثت بها لعنة بارع، ولكن بعثت رحمة
“Aku tidak diutus sebagai tukang laknat, melainkan aku diutus sebagai rahmat.” (HR. Muslim). Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Hanya saja aku diutus sebagai rahmat yang diberikan.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3 / 222).
Selanjutnya mari bersama kita lihat bagaimana Nabi Shalallahu alaihi wasalam bersikap kepada penduduk thaif yang telah mengusir mereka, maka malaikat Jibril datang kepada beliau dalam keadaan beliau terusir dari kaumnya, dilempari dengan batu di Thaif hingga berdarah kakinya, duduk di luar kota tanpa kawan, bermunajat kepada Allah. Malaikat itu berkata: “Aku diutus Allah untuk mentaati perintah-Mu. Jika engkau menginginkan agar aku menimpakan gunung ini kepada mereka aku akan laksanakan.” Maka Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Ya Allah, berilah hidayah pada mereka karena sesungguhnya mereka belum mengetahui.” Melihat Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam berdoa seperti itu, Jibril mengatakan: “Maha benar Allah yang menamakanmu ra’ufur rahim.”
Inilah Nabi sebagai suri tauladan terbaik untuk kita, beliau tidak pernah mendoakan kejelekan, membalas kejahatanan melakukan makar-makar yang membuat umat lainnya merasa terganggu dengannya. Beliau sangat cinta dengan kedamaian dan menginginkan keselamatan bagi seluruh alam :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. QS At-Taubah : 128.
Setelah kita mengetahui bagaimana Nabi Muhammad sebagai represenatasi Islam mencintai perdamaian dan menjadi rahmat bagi seluruh alam, maka kelanjutan dari semua itu adalah beliau senantiasa bermuamalah dengan orang-orang yang tidak suka dengan beliau dengan cara yang ihsan. Bahkan beliau memberikan rahmatnya kepada seluruh umat manusia, tidak hanya umat Islam tapi juga kaum Yahudi dan Nasrani.
Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya."
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah saw mendatanginya dengan membawakan makanan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Muhammad—orang yang selalu ia caci maki dan sumpah serapahi.
Rasulullah saw melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat. Setelah wafatnya Rasulullah saw praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abubakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah, yan g tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah. Ia bertanya kepada anaknya itu, "Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?"
Aisyah menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja."
“Apakah Itu?" tanya Abubakar penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.
"Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana," kata Aisyah.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, "Siapakah kamu ?" Abubakar menjawab, "Aku orang yang biasa."
"Bukan! Engkau bukan ora ng yang biasa mendatangiku," bantah si pengemis buta itu dengan ketus "Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku."
Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw."
Seketika itu juga kaget pengemis itu. Ia pun menangis mendengar penjelasan Abubakar, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... " Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar saat itu juga dan sejak hari itu menjadi Muslim
Dalam riwayat yang lainnya disebutkan ada seorang wanita tua selalu meyakiti Rasulullah dengan meletakan duri, najis, dan rintangan-rintangan lainnya di jalan-jalan yang dilewati oleh Nabi. Namun Nabi tidak pernah marah dan membalas keburukan dengan keburukan pula. Malah mendo’akan wanita itu. Pada suatu hari wanita itu jatuh sakit, nabi menziarahi dan menunjukan kasih sayangnya terhadap wanita itu. Wanita itu akhirnya terharu dengan kebaikan kasih sayang Rasulullah, lantas memeluk Islam di tangan Rasulullah.
Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu meneladani rasulullah dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Wallohua’lam bishowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...