Sabtu, 05 Maret 2011

Kenikmatan Maksiat


Oleh : Abdurrahman MBP

Penulis kadang berfikir, sebenarnya apa yang membuat manusia begitu menikmati sebuah kemaksiatan, apakah karena kesenangan? mencari kenikamtan dunia? kejenuhan dari rutinitas? keterpaksaan? atau sebuah kebiasaan? mungkin sebab  yang terakhir lebih cocok dari sebab-sebab sebelumnya, benar kebiasaan telah menjadi sebab utama manusia begitu menikmati sebuah kemaksiatan, bisa jadi seseorang itu tadinya terpaksa untuk melakukan hal-hal yang haram tapi karena hal itu telah terbiasa maka keterpaksaan itu berubah menjadi sebuah kenikmatan. Sekali lagi kebiasaan adalah faktor utama seseorang menikmati sebuah kemaksiatan.
“Bisa karena biasa“ kata mutiara ini sangat cocok sebagai motivator tapi dalam ranah maksiat berubah menjadi “Kerasa karena biasa“. Pembaca mungkin pernah atau bisa jadi sering mendengar seorang WTS yang pada awalnya dia melakukan profesinya tersebut dengan terpaksa atau dipaksa namun ketika makin lama dia menggeluti profesinya maka dia semakin menikmati apa yang menjadi pekerjaannya tersebut, contoh lain adalah seorang penjudi, pembaca mungkin pernah melihat seorang penjudi yang membanting kartu As-nyadengan begitu bersemangat “plak...” begitu mungkin bunyinya ketika kartu itu menempel di meja, apa kesimpulan anda? Mereka begitu menikmati perjudian tersebut.
Seseorang yang terbiasa dalam kemaksiatan akan merasakan kenikmatan yang membawa pada satu kesimpulan bahwa kemaksiatan itu mendatangkan kesenangan, dan kesenangan hidup itulah yang menjadi tujuan utama bagi mereka, selanjutnya dia akan merasa bahwa segala yang menyenangkan itu adalah fitrah manusia, dan akhir dari kemaksiatan itu adalah dia merasa dia tidak sedang berbuat maksiat Na’udzu billah, bisa jadi seseorang itu akan marah besar ketika ditegur dia telah berbuat maksiat atau mungkin dia akan mencaci maki orang-orang yang menasehatinya agar tidak berbuat maksiat, benarlah apa yang dikatakan Rosululloh  “Apabila anak Adam itu bebruat maksiat maka akan menempel dalam hatinya satu titik hitam, jika dia berbuat maksiat lagi maka akan ditambah titik hitam itu, dia jika dia terus menerus melakukannya maka hatinya akan tertutupi oleh hitamnya maksiat sehingga hati orang tersebut tidak mengetahui bahwa apa yang dikerjakannya adalah maksiat “begitulah “ kerasa karena biasa “Mudah-mudahan kita terhindar dari kebiasaan berbuat maksiat, karena ketika kita sudah tidak terbiasa dengan maksiat maka ketika kita lalai dan melakukan sebuah kemaksiatan kita ktidak akan bisa menikmati kemaksiatan itu, dan sebaliknya akan tumbuh rasa takut kepadaNya dan segera kita kembali  ke jalan-Nya. Wallahu’alam.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...