Rabu, 16 Maret 2011

Kuburan dan Alam Kubur


Oleh : Abdurrahman MBP

Beberapa waktu yang lalu saya disodorkan oleh seorang teman sebuah buku dengan tema "Memahami Ayat-ayat Kauniyah", sebuah buku tebal dicetak lux denga hraga Rp180.000,00. Dari bentuk fisiknya buku ini adalah buku eksklusif karena harga dan kualitas kertasnya cukup bagus. Namun dilihat dari desain sampul tidak menunjukan hal itu, pada sampul buku itu tergambar sebuah lafadz Allah yang terbentuk dari taburan tanah di sekeliling rumah semut. Intinya gambar yang ada pada sampul tersebut tampak kusam dan tidak menarik pembaca, namun saya coba indahkan dan langsung membuka isinya. Ternyata gambar-gambar yang ada di dalamnyapun sama mengecewakan dengan gambar sampul buku tersebut. Terkesan pengambilan gambar dalam buku tersebut asal-asalan dan kurang berkualitas. 
Namun inti dari kritik saya bukan pada penampilan buku, tapi isi dari buku tersebut yang tidak ilmiah dan sembarang, sebagai contoh di Bab ke-8 pada tema "Rahasia Di Balik Kematian" tergambar jelas sesosok mumi (sebenarnya bukan mumi tapi mayat yang ditemukan berada di dalam gumpalan es atau salju yang membeku sehingga terawetkan secara alami) yang katanya berumur kurang lebih 5000 tahun. Sebagai pemerhati buku saya sangat paham bahwa gambar mumi tersebut pernah dimuat dan dibahas pada majalah Intisari tahun 1990-an. Yang menjadi masalah bukan gambarnya melainkan komentar dari penulis tentang kondisi mumi tersebut. Penulis menyatakan "Dari raut wajah mumi tersebut terlihat bagaimana ia melihat adzab di alam kuburnya" Penulis meyakini bahwa kondisi raut muka mumi yang terlihat ketakutan menunjukan ia melihat siksa atau adzab di alam kuburnya.
Sebuah kesimpulan yang terlalu dini dan tanpa dasar, dari mana dia tahu bahwa mumi itu melihat siksa di alam kuburnya padahal kita tahu alam kubur itu bukan berada di kuburan, dengan kata lain jasad manusia yang terkubur tidak mencerminkan bagaimana siksa di alam kuburnya. Karena sekali lagi bahwa lam kubur bukanlah terjadi di kuburan. Karena itu pendapat penulis bahwa mumi tersebut raut mukanya penuh ketakutan bukan karena melihat siksa di alam kuburnya. Selain itu bahwa jika benar mumi tersebut berusia 5000 tahun siapa yang menjamin bahwa mumi tersebut pernah mendengar dakwah Islam, karena Allah ta'ala tidak akan menyiksa suatu kaum yang belum datang pada mereka seorang rasul. 
Misalnya orang-orang Papua yang tinggal di pedalaman dan belum mendengar tentang Islam sama sekali maka ketika mereka meninggal Allah tidak akan menyiksanaya. karena itu kasus mumi tersebut melihat siksa di alam kuburnya menjadi pertanyaan besar. 
Untuk menguatkan pendapatnya tersebut penulis juga mengisahkan tentang kematian Firaun dan keluarganya, lagi-lagi penulis mencatat "Dari raut muka Fir'aun dan keluarganya terlihat bahwa mereka melihat siksa yang sangat pedih...." lagi-lagi penulis menggambarkan seolah-olah jasad keluarga firaun adalah bukti mereka melihat siksa kubur. Padahal sebagaimana disebutkan di awal bahwa siksa kubur tidak selalu terikat dengan jasad orang yang sudah meninggal, karena alam kubur jelas berbeda dengan alam dunia karena itu jasad seseorang yang meninggal bisa jadi tidak menunjukan siksa kubur yang dideritanya. Kalaupun ada beberapa kasus misalnya ketika kuburan digali jasad seseorang hancur atau seperti tekena siksaan maka hal ini berisfat kasuistik dan hanya menunjukan kekuasaan Allah ta'ala bukan bersifat umum. 
Kesimpulannya adalah bahwa alam kubur bukanlah terjadi di kuburan, melainkan sebuah alam yang terpisah dengan alam dunia dan tidak akan terjadi komunikasi antara kedunianya kecuali dengan izinNya. wallahu a'lam.  

1 komentar:

  1. Asalamualaikum, kak izin bertanya saya ingin mencari biografi dari penulis Abdurahman MBP untuk keperluan penelitian dan saya bingung mau cari dimana terimakasih sebelumnya?

    BalasHapus

Please Uktub Your Ro'yi Here...