Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Kesedihan adalah sifat alamiah dari
manusia, ketika badan terluka maka jiwa akan merasakan sakitnya hingga
kesedihan akan terasa. Demikian pula ketika jiwa tersakiti, maka seluruh sendi
akan sakit tiada terperi, bahkan lebih sakit dari luka di raga ini. Tentu saja
sifat alamiah ini tidak terlarang, bahkan menangis menjadi satu luapan
kesedihan yang paling mendalam dan diboleh dalam Islam.
Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wassalam menangis ketika anak beliau yang Bernama Ibrahim meninggal dunia. Oleh
karena itu bersedihlah… sebelum bersedih itu dilarang. Pertanyaan yang muncul
adalah “Kapan kesedihan itu dilarang?” apakah ada ayat al-Qur’an yang melarang
kita untuk bersedih?
Larangan bersedih banyak sekali di
dalam ayat-ayat al-Qur’an, salah satunya adalah firman Allah ta’ala:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا
وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu lemah, dan
janganlah (pula) kamu bersedih hati, karena kamulah orang-orang yang paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran: 139).
Ayat ini melarang untuk bersedih
dan bersusah hati, karena sejatinya orang-orang yang beriman memiliki derajat dan
kemuliaan yang tinggi sehingga tidak perlu risau dengan berbagai persoalan yang
dihadapi. Kesedihan yang dimaksud terkait dengan kesedihan yang muncul dari
musibah yang berkaitan dengan keduniaan. Pada ayat lainnya dijelaskan:
وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ
“Dan janganlah kamu berduka cita
terhadap mereka” (QS. An-Nahl: 127).
Ayat ini terkait dengan firman
Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam agar jangan
bersedih dengan keadaan orang-orang kafir yang tidak mau beriman. Imam
As-Suyuti menfsirakan ayat ini dengan mencatat “(Bersabarlah dan tiadalah
kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah) berkat taufiq-Nya (dan
janganlah kamu bersedih hati terhadap kekafiran mereka) terhadap kekafiran
orang-orang kafir, jika mereka tidak juga mau beriman, karena kamu menginginkan
dengan sangat akan keimanan mereka (dan janganlah kamu bersempit dada terhadap
apa yang mereka tipu-dayakan) artinya janganlah engkau hiraukan tipu muslihat
mereka, karena sesungguhnya Akulah yang akan menolongmu dalam menghadapi
mereka.”
Sebab larangan terkait dengan
kesedihan dalam firmanNya:
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
ۖ
“Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita” (QS. At-Taubah: 40)
Ini adalah ucapan Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi Wassalam kepada shahabatnya Abu Bakar ketika mereka dikejar kaum
kafir Quraisy manakala keduanya bersembunyi di gowa dalam perjalanan hijrah ke
Madinah. Jangan bersedih, karena Allah Ta’ala selalu Bersama kita, menjaga kita
dan memberikan jalan terbaik untuk kita. Demikianlah kurang lebih maknanya,
bahwa larangan bersedih jika kita yakin berada di jalan kebenaran, karena yakin
Allah Ta’ala akan menolong kita.
Makna ini selaras dengan kalamNya:
لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُونَ
“Mereka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati” (QS. Al-Baqarah: 38)
Mereka yang tidak pernah bersedih
hati adalah yang mengikuti petunjuk dari Allah Ta’ala dalam bentuk melaksanakan
seluruh syariatNya. Ayat lainnya menjelaskan khabar orang-orang yang telah
masuk ke dalam surga yang mereka tidak lagi memiliki rasa kesedihan:
بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ
وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ
يَحْزَنُونَ
”Tidak! Barang siapa menyerahkan
diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi
Tuhannya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
QS. Al-Baqarah:112.
Maka mumpung masih di dunia
bersedihlah ketika diri kita jauh dari ketakwaan kepadaNya, jauh dari
syariahNya, jauh dari petunjukNya. Bersedih iitu dilarang (Jangan Bersedih) ketika
kita telah berhijrah, menapaki jalan hidayah dan berusaha istiqamah menjalankan
seluruh perintahNya dan menjauhkan segala laranganNya. Wallahua’lam, 13012023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...