Oleh: Misno Mohamad Djahri
Hari ini saya berkunjung ke seorang
kawan yang diberikan cobaan oleh Allah Ta’ala berupa sakit gagal ginjal. Bukan hanya
satu tetapi dua ginjalnya sekaligus sudah tidak bisa berfungsi, sehingga tiga
kali dalam sepekan harus cuci darah di rumah sakit. Syukurnya kawan ini adalah
orang yang mengerti dan paham agama, lulusan dari univesitas al-Azhar Mesir
yang saat juga menjadi pembina sebuah pesantren di Kawasan Bogor Barat. Sejatinya
sudah hampir satu tahun beliau sakit dan harus melakukan cuci darah yang
awalnya hanya dua kali dalam sepekan, kini harus menjalani tiga kali ditambah
satu penyakit lagi yaitu Hepatitis C yang beliau derita.
Berbincang dengan beliau maka
mengingatkan pada satu nikmat yang kelihatannya sepele yaitu buang air kecil
atau pipis. Beliau sempat menjawab “Ya, saat ini sudah tidak bisa buang air
kecil (pipis) secara normal lagi”, “Cairan air seni itu menyerap ke dalam tubuh
apabila tidak segera dikeluarkan melalui bantuan dari tenaga medis” terang
beliau Panjang lebar. Ya… nikmat dalam bentuk bisa buar air kecil adalah nikmat
yang kelihatannya kecil, padahal itu adalah sebuah kenikmayan yang tidak bisa
dinilai dengan uang. Cairan air seni yang berupa kotoran apabila tidak bisa
dikeluarkan akan menjadi penyakit dan tentu saja kemudharatan yang akan terjadi
pada orang tersebut.
Belajar dari kisah beliau ini maka
kita diingatkan dengan nikmat masih bisa buang air kecil dengan normal sesuai
dengan penciptaan manusia. Ia masuk ke dalam nikmat kesehatan yang memang
kebanyakan manusia tidak lalai (sering lupa) darinya. Sebagaimana riwayat dari
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam di mana beliau bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ
مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua kenikmatan yang banyak
manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. HR. Bukhari.
Ibnu Baththal menyatakan,
”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat.
Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat
sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan
syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan
melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa
yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”
Ibnul Jauzi menyatakan, ”Terkadang
manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena
sibuk dengan urusan dunianya. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu
luang, namun ia dalam kondisi tidak sehat. Apabila terkumpul pada manusia waktu
luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan
ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).”
Merujuk pada riwayat dan pendapat
para ulama tersebut maka dapat dipahami bahwa sudah selayaknya kita bersyukur
dengan segala kenikmatan yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita. Termasuk nikmat
yang kelihatannya sangat kecil yaitu nikmat bisa buang air kecil (pipis) dengan
normal. Karena banyak sekali orang di luar sana yang menderita sakit ginjal
sehingga ginjalnya tidak bisa digunakan dan efeknya adalah tidak bisa buang air
kecil (pipis) secara normal.
Cara untuk mensyukuri nikmat ini
adalah dengan meyakini bahwa kenikmatan tersebut datang dari Allah Ta’ala yang
telah menciptakan setiap bagian tubuh manusia yang berguna. Kemudian mengucapkan
rasa syukur dengan hamdalah yaitu Alhamdulillah wa syukru lillah serta
menggunakan kenikmatan tersebut di jalan Allah Ta’ala.
Semoga kita termasuk orang-orang
yang bersyukur dalam seluruh kenikmatan, termasuk kenikmatan yang kelihatannya
kecil seperti nikmat dapat buang air kecil (pipis). Wallahu a’alam. 19012023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...