Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Kehidupan di dunia penuh dengan
warna, dari warna putih bercahaya hingga hitam pekat. Antara kedua warna ini ada
warna abu-abu yang merupakan percampuran dari dua warna dunia yang berbeda. Sejatinya
bukan hanya abu-abu, tetapi merah darah, biru perdu, hijau berkilau hingga
kuning gading menyatu dalam sebuah rangkaian dunia penuh penuh warna. Nampak indah
dan memikat, tetapi sejatinya bertabur maksiat dan juga laknat. Penuh warna yang
memesona mata, namun sebenarnya bergelimang hawa dunia dan segala kemurkaanNya.
Dunia penuh warna adalah dunia
manusia sejatinya, dunia antara kemuliaan malaikat dan Iblis terlaknat, dunia
yang bertabur pahala yang akan berbuah surga bergantian dengan perilaku durjana
yang terancam dengan neraka. Silih berganti, berkelindan dan bertukaran setiap
masanya, hingga banyak orang tertipu, terjatuh dan sebagian mencoba untuk
memahami dunia penuh warna ini.
Setiap manusia pernah masuk ke
dalam dunia penuh warna ini, merujuk kepada sabda Nabi Muhammad Shalallahu
Alaihi Wassalam:
كُلُّ بَنِى آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ
الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
Setiap anak Adam pasti berbuat
salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat. HR.
Thirmidzi.
Maka, bagaimana sikap kita ketika
masuk ke dalam dunia penuh warna ini? Baik sengaja ataupun tidak sengaja
memasukinya. Jawabannya adalah memahami hakikat dari manusia yang merupakan
tempatnya salah dan lupa, ia bukan malaikat tanpa dosa, tapi manusia juga bukan
Iblis terlaknat yang hanya menunggu kiamat. Manusia adalah makhluk mulia yang
bisa jadi mulia ketika amalan baiknya diterima, atau makluk penuh dosa ketika
hawa menguasai dirinya.
Selamat Datang di Dunia Penuh
Warna, ketika anda sengaja atau tidak sengaja masuk ke dalamnya. Mungkin anda
sadar bahwa ini adalah kesalahan, tapi hawa telah merasuki raga hingga tak
kuasa melepaskan belitannya. Anda juga mungkin sadar, bahwa dunia ini penuh
dengan pesona raga yang memikat jiwa, namun itu adalah hawa dunia yang tidak
ada habisnya. Anda tidak akan puas dengan apa yang ada di dalamnya, ketika satu
kenikmatan didapatkan maka kenikmatan lainnya terus menggoda anda. Jika anda
terus mengikutinya, maka bersiaplah masa akan membinasakan anda, baik karena
raga anda yang mulai renta atau kiamat yang datang tidak diduga.
Selamat Tinggal Dunia Penuh Warna, segeralah
kembali kepadaNya ketika anda terjebak dalam dunia penuh warna. Anggaplah
sebuah perjalanan kehidupan yang memberi warna dalam hidup anda. Jangan terpesona
di dalamnya, karena itu bukanlah dunia sebenarnya. Dunia penuh warna hanyalah
fatamorgana yang bertabur hawa dan berujung sengsara jika terus-menerus
menurutinya. Ucapkan selamat tinggal kepada dunia penuh warna, apalagi ketika
uban sudah mulai tumbuh merata, atau ketika sendi raga mulai berkurang
fungsinya.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ،
فَإِنِّيْ أَتُوْبُ إِلَى اللهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
Rasûlullâh Shalllallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘“Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kalian kepada Allâh dan
mintalah ampun kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allâh dan
minta ampun kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus kali.’”
Selamat Datang dan Selamat Tinggal
Dunia Penuh warna adalah bagian dari kehidupan manusia, ketika anda memasukinya
maka ambillah hikmah di dalamnya. Begitu banyak pelajaran yang kita ambil, dari
mulai memahami hakikat manusia hingga tujuan hidup yang sejatinya harus
dijadikan asa utama. Segera setelah memahaminya, ucapkan selamat tinggal dan
keluar darinya, karena itulah keputusan utama untuk meraih kebahagiaan tiada tara
yang akan abadi selamanya.
Semoga kita semua segera keluar
dari dunia penuh warna, berlari dan segera menuju keridhaanNya. Bagi anda yang
masih terjebak di dalamnya, berusahalah terus untuk menguatkan niat dengan aksi
nyata. Karena kapan lagi anda mengikuti hawa, atau tertipu dengan pesona dunia?
Sekarang saatnya, sebelum nyawa (ruh) meninggalkan raga. Semoga… Pagi Ahad,
08012023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...