Oleh: Misno Mohamad Djahri
Salah satu anugerah yang diberikan
Allah Ta’ala kepada manusia adalah rasa sayang dan cinta yang ada di dalam dada,
sebagaimana firmanNya:
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ
مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَٰمِ وَٱلْحَرْثِ
ۗ ذَٰلِكَ مَتَٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ
Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan
di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). QS. Ali Imran: 14.
Sayang dan cinta kepada pasangan
(suami atau istri), anak-anak, harta dan berbagai perhiasan dunia lainnya
adalah fitrah yang telah diciptakan Allah Ta’ala kepada manusia. Rasa ini harus
dipelihara, dijaga, dikelola dan dijadikan sarana untuk mendapatkan ridha dan
ampunanNya.
Sayang dan cinta kepada orang lain
juga adalah anugerahNya, ia memang tidak bisa ditolak, walaupun dengan ilmu
yang bermanfaat (ilman naafi’an) kita akan dapat membedakan mana sayang dan
mana hawa dunia. Sayang kepada manusia lainnya haruslah selaras dengan syariah
Allah Ta’ala sehingga ianya akan dapat berbuah surga. Salah satu dari syariahNya
adalah mendahulukan kecintaan kepada Allah dan RasulNya di atas cinta kepada
selain keduaNya. Sayang dan mencintai orang lain haruslah berada di bawah
posisi cinta kita kepadaNya dan kepada rasulNya, sebagaimana firmanNya:
قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ
وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ
تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ
وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ
وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal
yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS. At
Taubah: 24).
Ayat ini menyiratkan bahwa kecintaan
kepada Allah dan RasulNya adalah di atas kecintaan kepada makhluk di alam semesta.
Sehingga tidak boleh menyayangi dan mencintai orang lain atau apa saja yang di
dunia ini melebihi cinta kita kepada Allah Ta’ala dan rasulNya. Rasulullah Shalallahu
Alaihi WAssalam bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Salah seorang di antara kalian
tidak akan beriman sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya
bahkan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, jangan sayangi dan cintai aku
melebih kecintaanmu kepada Allah dan RasulNya, karena hal itu cenderung bukan
menunjukan sayang dan cinta yang sebenarnya tetapi hawa dengan taburan pesona
dunia. Jangan sayang dan cintai aku karena jabatan, ketampanan, kecantikan dan
pesona dunia lainnya, karena itu adalah sayang dan cinta yang tidak abadi. Tapi,
sayang dan cinta yang berlandaskan kecintaan kepada Allah Ta’ala dan rasulNya,
itulah yang utama dan akan berbuah surga serta keridhaanNya. Wallahu a’lam,
06012023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...