Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Rumah tangga penuh dengan
romantika, dari suka cita di awal berkeluarga hingga duka nestapa sepanjang
hari-harinya. Doa-doa yang diucapkan kepada pengantin baru agar menjadi
keluarga yang Sakinah mawadah wa rahmah adalah dambaan setiap pasangan, menginginkan
keluarga yang damai sejahtera penuh tawa ria serta tidak ada orang ketiga yang
mengganggunya. Namun, kehidupan bersama antara suami dan istri yang
terus-menerus dari hari ke hari tentu saja menyisakan berbagai tantangan dan
cobaan. Orang ketiga adalah salah satu sebab utama retaknya hubungan keluarga. Pertanyaannya
adalah “Salah siapa ketika orang ketiga itu ada?”
Orang ketiga yang dimaksud adalah
orang lain yang mencoba masuk ke dalam hubungan pasangan suami istri, khususnya
yang tidak sah secara agama dan perundang-undangan di Indonesia. Mereka hadir
baik dengan sendirinya atau karena “diundang” oleh salah satu dari pasangan
dalam keluarga. Permasalahan utama adalah kenapa orang ketiga nampak lebih
sempurna dari pasangan kita? Terkadang pula orang ketiga itu ada karena
kesalahan dari salah satu pasangan dalam sebuah keluarga.
Pesan dari orang ketiga adalah
sebuah fakta bahwa orang ketiga yang hadir dalam sebuah keluarga membawa misi
untuk masuk menjadi bagian dari mereka. Jika caranya dibenarkan oleh agama
tentu tidak menjadi masalah, namun kebanyakan menyelisihi aturan agama hingga
menjadi “duri” dalam sebuah rumah tangga. Tentu kehadirannya tidak diinginkan oleh
setiap pasangan, tapi pesonanya terkadang membuat sebagiannya terlena hingga
lupa akan pesan yang dibawa oleh orang ketiga.
Menjawab pertanyaan tentang siapa
yang salah ketika ada orang ketiga, tentu saja yang salah pertama adalah orang
ketiga itu. Apalagi jika kehadirannya dalam keluarga tidak sesuai dengan aturan
agama, maka dia adalah benalu bagi keluarga itu. Namun tidak selamanya
kesalahan dari satu pihak, tapi kesalahan juga pada pasangan suami istri dalam
keluarga itu. Misalnya kesalahan dari pihak yang berinteraksi dengan orang
ketiga lebih besar dari pasangannya. Bukan berarti pasangannya itu tidak salah,
justru kenapa muncul pihak ketiga juga terjadi karena salah satu dari mereka
tidak mampu untuk melaksanakan “kewajibannya” sebagai pasangan yang sah secara
agama.
Inilah justru yang banyak terjadi
pada pasangan dalam keluarga ketika ada orang ketiga, bahwa orang ketiga itu
lebih segalanya dalam hal “layanan” menjadi rahasia bersama. Maksudnya adalah
bahwa orang ketiga seringkali memberikan “layanan” yang lebih dari “layanan”
yang diberikan oleh salah satu pasangan dalam keluarga. Alasannya beraneka
rupa, dari mulai usia yang semakin menua, bosan dengan yang ada atau sudah
tidak ada lagi “rasa” dengan pasangannya.
Hati-hatilah dengan alasan-alasan
itu, karena pesan dari orang ketiga adalah “layani pasanganmu sebagaimana yang
ia inginkan, berikan semua yang dimiliki dan penuhi semua yang diharapkannya. Karena
jika tidak maka kami (orang ketiga) akan memberikan semua itu pada pasangan
sah-mu”. Itulah pesan dari orang ketiga dalam sebuah keluarga, bagaimana
ternyata layanan mereka memang lebih dari yang ada sehingga banyak manusia yang
lemah agamanya mudah terjerat dalam bujuk rayunya.
Mungkin sebagian beralasan sekadar
menyalurkan Hasrat, karena di rumah sudah tidak lagi memberikan apa yang
diinginkan. Sementara sebagian pasangan selalu beralasan dengan usia yang menua,
tidak ada lagi “rasa” hingga melupakan hak dan kewajibannya sebagai pasangan
dalam keluarga. Sehingga, berhati-hatilah dengan pesan dari orang ketiga ini,
bisa jadi ia hadir dalam keluarga kita, ketika salah satu dari kita tidak lagi
melaksanakan hak dan kewajibannya.
Tentu saja kita selalu berdo’a agar
orang ketiga itu tidak pernah ada dan tidak pernah hadir dalam keluarga, ya…
berdoa dan tentu saja berusaha dengan tetap melaksanakan hak dan kewajiban
sebagai pasangan walaupun hal itu bukan yang utama tetapi menjadi kunci keharmonisan
keluarga. Walaupun puluhan tahun berkeluarga. Wallahu a’alam. 31012023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...