Selasa, 03 Januari 2023

Nyong wis Mbatin: Sikap Bijak Masyarakat Jawa Cilacap

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri

 


Salah satu dari kearifan lokal berupa ucapan dan sikap adalah istilah “Nyong wis Mbatin” yang maknanya lebih kurang “Saya sudah menduga dalam hati (batin)”. Ungkapan ini biasa disampaikan ketika terjadi sebuah interaksi atau pembicaraan terkait dengan hal-hal yang tidak sebenarnya berdasarkan dugaan kuat dari orang yang mengungkapkan. Sebagai contoh dua orang yang berbicara kemudian salah satu dari orang tersebut menyatakan “Saya tadinya tidak mau mampir ke rumah Bapak, tapi… “, maka orang yang mendengarnya bisa mengungkapkan dalam hatinya “Nyong wis Mbatin (Saya sudah menduga)” dia cuma mau numpang…”. Selain itu ungkapan ini juga digunakan untuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi, baik segera atau di masa yang akan datang. “Nyong wis mbatin deweke bakal kaya kue (Saya sudah menduga dia akan seperti itu”.

Mbatin adalah sebuah olah pikir yang diperoleh melalui berbagai pengalaman kehidupan, baik dari diri sendiri ataupun orang lain. Olah pikir ini didukung oleh berbagai analisis yang mendalam sehingga mampu untuk memprediksi dan menduga sebuah peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tentu saja ini bukan ramalan, tetapi dugaan kuat bahwa sesuatu akan terjadi, atau ada sesuatu di balik fenomena yang dihadapinya. Seseorang yang terkenal dengan keburukannya, tiba-tiba dia berbuat baik maka dugaan kuat dia hanya berpura-pura baik. Ini bukan buruk sangka, misalnya saja calon wakil rakyat atau pejabat yang ketika akan memasuki masa pemilihan maka akan melakukan pencitraan agar terlihat taat beragama, peduli dengan rakyat hingga memiliki kredibilitas tinggi. “Nyong wis mbatin, Pak Fulan kur pencitraan men dipilih dadi pejabat (Aku sudah menduga bahwa Bapak Fulan itu hanya pencitraan agar dipilih menjadi pejabat”.

Mbatin dalam konteks Islam disebut dengan dzan (dugaan), ia bisa menjadi sebuah kebenaran apabila didukung oleh bukti-bukti yang kuat. Namun bisa juga menjadi dosa ketika bukti-bukti lemah dan cenderung berburuk sangka, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌۭ

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa… QS. al-Hujuraat: 12.

Merujuk pada ayat ini maka dzan atau prasangka bisa menjadi dosa ketika tidak didukung oleh argumentasi yang kuat dan hanya mencari kesalahan pihak lain. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

إياكم والظنَّ، فإنَّ الظنَّ أكذب الحديث

“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta” HR. Bukhari-Muslim.

Abdul Aziz menyatakan “Maka yang menjadi kewajiban seorang Muslim adalah hendaknya tidak berprasangka buruk kepada saudaranya sesama Muslim kecuali dengan bukti. Tidak boleh meragukan kebaikan saudaranya atau berprasangka buruk kepada saudaranya kecuali jika ia melihat pertanda-pertanda yang menguatkan prasangka buruk tersebut, jika demikian maka tidak mengapa”.

Sementara Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin menyataka “diharamkan suudzan (buruk sangka) kepada sesama Muslim. Adapun kepada non muslim, maka tidak haram berprasangka buruk kepada mereka, karena mereka memang ahli keburukan. Adapun orang yang dikenal sering melakukan kefasikan dan maksiat, maka tidak mengapa kita berprasangka buruk kepadanya. Karena mereka memang gandrung dalam hal itu. Walaupun demikian, tidak selayaknya seorang Muslim itu mencari-cari dan menyelidiki keburukan orang lain. Karena sikap demikian kadang termasuk tajassus“.

Maka, mbatin adalah sebuah usaha preventif agar tidak percaya begitu saja dengan perkataan dan sikap orang lain atau berjaga-jaga dari segala keburukan khususnya mereka yang terkenal dengan kefasikannya. Adapun mbatin untuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi maka harus didasari dengan ilmu dan argumentasi yang kuat sehingga akan memberi manfaat kepada pelakunya. Islam menyebutnya dengan istilah mashlahah di mana sebuah kebaikan akan didapatkan apabila kita melakukan tindakan hati-hati (Ihtiyath) dan waspada terhadap segala kemungkinan yang ada. Mbatin menjadi satu solusi dan mengolah berbagai informasi yang ada sebelum melakukan sebuah tindakan.

Nyong wis Mbatin wong sing maca tulisan kiye cengar-cengir (Saya sudah menduga bahwa yang membaca tulisan ini akan tersenyum ketika membacanya). Wallahu a’lam. 03012023.  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...