Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Salah satu dari kearifan lokal berupa ucapan dan sikap adalah istilah “Nyong wis Mbatin” yang maknanya lebih kurang “Saya sudah menduga dalam hati (batin)”. Ungkapan ini biasa disampaikan ketika terjadi sebuah interaksi atau pembicaraan terkait dengan hal-hal yang tidak sebenarnya berdasarkan dugaan kuat dari orang yang mengungkapkan. Sebagai contoh dua orang yang berbicara kemudian salah satu dari orang tersebut menyatakan “Saya tadinya tidak mau mampir ke rumah Bapak, tapi… “, maka orang yang mendengarnya bisa mengungkapkan dalam hatinya “Nyong wis Mbatin (Saya sudah menduga)” dia cuma mau numpang…”. Selain itu ungkapan ini juga digunakan untuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi, baik segera atau di masa yang akan datang. “Nyong wis mbatin deweke bakal kaya kue (Saya sudah menduga dia akan seperti itu”.
Mbatin adalah sebuah olah pikir
yang diperoleh melalui berbagai pengalaman kehidupan, baik dari diri sendiri
ataupun orang lain. Olah pikir ini didukung oleh berbagai analisis yang
mendalam sehingga mampu untuk memprediksi dan menduga sebuah peristiwa yang
akan terjadi di masa yang akan datang. Tentu saja ini bukan ramalan, tetapi
dugaan kuat bahwa sesuatu akan terjadi, atau ada sesuatu di balik fenomena yang
dihadapinya. Seseorang yang terkenal dengan keburukannya, tiba-tiba dia berbuat
baik maka dugaan kuat dia hanya berpura-pura baik. Ini bukan buruk sangka,
misalnya saja calon wakil rakyat atau pejabat yang ketika akan memasuki masa
pemilihan maka akan melakukan pencitraan agar terlihat taat beragama, peduli
dengan rakyat hingga memiliki kredibilitas tinggi. “Nyong wis mbatin, Pak
Fulan kur pencitraan men dipilih dadi pejabat (Aku sudah menduga bahwa
Bapak Fulan itu hanya pencitraan agar dipilih menjadi pejabat”.
Mbatin dalam konteks Islam
disebut dengan dzan (dugaan), ia bisa menjadi sebuah kebenaran apabila
didukung oleh bukti-bukti yang kuat. Namun bisa juga menjadi dosa ketika bukti-bukti
lemah dan cenderung berburuk sangka, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًۭا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ
إِثْمٌۭ
Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa… QS. al-Hujuraat: 12.
Merujuk pada ayat ini maka dzan atau prasangka bisa menjadi dosa
ketika tidak didukung oleh argumentasi yang kuat dan hanya mencari kesalahan
pihak lain. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
إياكم والظنَّ، فإنَّ الظنَّ أكذب
الحديث
“Jauhilah prasangka, karena
prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta” HR. Bukhari-Muslim.
Abdul Aziz menyatakan “Maka yang
menjadi kewajiban seorang Muslim adalah hendaknya tidak berprasangka buruk
kepada saudaranya sesama Muslim kecuali dengan bukti. Tidak boleh meragukan
kebaikan saudaranya atau berprasangka buruk kepada saudaranya kecuali jika ia
melihat pertanda-pertanda yang menguatkan prasangka buruk tersebut, jika demikian
maka tidak mengapa”.
Sementara Muhammad bin Shaleh
al-Utsaimin menyataka “diharamkan suudzan (buruk sangka) kepada sesama
Muslim. Adapun kepada non muslim, maka tidak haram berprasangka buruk kepada
mereka, karena mereka memang ahli keburukan. Adapun orang yang dikenal sering
melakukan kefasikan dan maksiat, maka tidak mengapa kita berprasangka buruk
kepadanya. Karena mereka memang gandrung dalam hal itu. Walaupun demikian,
tidak selayaknya seorang Muslim itu mencari-cari dan menyelidiki keburukan
orang lain. Karena sikap demikian kadang termasuk tajassus“.
Maka, mbatin adalah sebuah
usaha preventif agar tidak percaya begitu saja dengan perkataan dan sikap orang
lain atau berjaga-jaga dari segala keburukan khususnya mereka yang terkenal
dengan kefasikannya. Adapun mbatin untuk memprediksi sesuatu yang akan
terjadi maka harus didasari dengan ilmu dan argumentasi yang kuat sehingga akan
memberi manfaat kepada pelakunya. Islam menyebutnya dengan istilah mashlahah
di mana sebuah kebaikan akan didapatkan apabila kita melakukan tindakan
hati-hati (Ihtiyath) dan waspada terhadap segala kemungkinan yang ada. Mbatin
menjadi satu solusi dan mengolah berbagai informasi yang ada sebelum melakukan
sebuah tindakan.
Nyong wis Mbatin wong sing maca
tulisan kiye cengar-cengir (Saya sudah menduga bahwa yang membaca tulisan
ini akan tersenyum ketika membacanya). Wallahu a’lam. 03012023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...