Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Apa yang manusia cari di dunia? Harta,
tahta, wanita dan sebuah kebahagiaan hidup di dalamnya. Tentu saja tidak
sesimpel itu, karena setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda-beda
sehingga permasalahan yang dihadapinya pun akan berbeda. Seseorang yang tidak
beruntung memiliki harta tentu akan terus bekerja keras agar dapat memperoleh
harta sehingga minimal mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian manusia
lainnya telah dapat mencukupi kebutuhan hidupnya hingga ia mencari sumber kebahagiaan
lainnya, agama adalah salah satunya. Karena kebutuhan hidupnya telah terpenuhi,
bahkan kekayaannya mampu untuk menghidupi anak-anaknya maka kata kata “Aja
Ngangsa” yang bermakna jangan rakus atau berlebih-lebihan dalam mencari
harta akan sangat cocok.
Sejatinya filosofi ini sesuai untuk
seluruh umat manusia, karena istilah ngangsa adalah satu keadaan berupa
sikap berlebih-lebihan dalam mencari harta. Tentu saja semua yang
berlebih-lebihan itu tidak baik di mata agama dan juga budaya Nusantara. Sehingga
aja ngangsa yang bermakna jangan rakus dan berlebih-lebihan dalam
mencari harta adalah satu nasehat yang sangat baik bagi seluruh umat manusia. Indicator
dari ngangsa itu sendiri adalah mencari harta dengan rakus tanpa
memperhatikan halal dan haram dalam agama, tidak memperhatikan etika budaya
hingga memaksakan diri dalam mencari harta.
Mencari harta baik dalam bentuk
bekerja ataupun wirausaha mestilah memperhatikan apakah pekerjaan atau usaha
itu halal atau haram. Sebagai muslim ini menjadi hal utama yang harus
diperhatikan, karena harta yang diperoleh dari bekerja dan usaha yang halal
akan memberikan kedamaian dalam kehidupannya. Sebaliknya harta yang haram,
semisal dari hasil riba dan perjudian akan mengakibatkan kesusahan, keresahan
dan ketidaknyamanan dalam kehidupan pribadi dan keluarga. Halal haram ini juga
terkait dengan thayyib, dalam makna hasil kerja atau usaha haruslah pada hal
yang thayyib (baik) di mata agama dan budaya. Ada bekerja dan usaha yang halal
namun tidak thayyib (baik) di mata manusia, ini juga harus dihindari
karena akan berpengaruh kepada kehidupan kita.
Ciri dari ngangsa berikutnya
adalah memaksanakan diri dalam mencari harta, hal ini berupa bekerja dan berwirausaha
secara berlebihan hingga meninggalkan kewajiban beribadah kepada Allah Ta’ala. Ia
meninggalkan shalat, puasa yang wajib dan kewajiban agama lainnya hanya karena
bekerja atau berwirausaha. Termasuk di dalamnya menyepelekan dan menunda-nunda
ibadah yang seharusnya dilaksanakan pada waktunya. Berikutnya adalah bekerja atau
berwirausaha dengan mengorbankan fisiknya sehingga memaksakan diri bekerja
padahal fisik (jasad/jasad) nya perlu beristirahat. Maka ini adalah perbuatan
dzalim kepada diri sendiri, karena tubuh juga memerlukan istirahat dan masukan
gizi yang baik agar mampu untuk bekerja. Termasuk ke dalam istilah ngangsa adalah
mengorbankan keluarga dan kerabat dekat dalam hal hak mereka atas diri kita.
Aja Ngangsa sejatinya adalah
local wisdom yang merupakan kekayaan budaya Jawa khususnya di Cilacap
agar selalu dijadikan pedoman dalam bekerja dan berwirausaha. Jangan rakus dan
berlebih-lebihan dalam mencari harta, apalagi sampai mengorbankan agama dan
budaya hingga justru kesengsaraan hidup akan menimpa dan kebahagiaan sejati
tidak akan didapatkan di dunia. Karena kebahagiaan itu diperoleh salah satunya
adalah dari sumber kekayaan yang halal dan sesuai dengan etika agama. Wallahu a’alam.
01012023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...