Oleh: Misno Mohd Djahri
Allah Ta’ala telah menciptakan alam
semesta dan segala yang ada di dalamnya tidaklah sia-sia, ada hikmah dan
pelajaran yang bisa diambil dari mereka oleh manusia sebagai makluk paling
mulia. Salah satu dari ciptaan Allah Ta’ala yang memiliki keistimewaan adalah
burung yang mampu “berbicara” atau meniru suara manusia, diantaranya ada burung
beo, parkit, nuri kepala hitam, beo amazon (amazon parrot), bayan quaker a.k.a parkit,
parkit bergaris merah (rose-ringed parkeet), Parrot (Kakatua) abu-abu Afrika, blu
front amazon, yellow-cromned amazon, yellow-naped amazon serta beberapa burung
lainnya. Burung yang paling populer adalah burung beo yang mampu menirukan
kata-kata yang diucapkan oleh manusia. Bahkan beberapa dari burung itu mampu
menirukan bacaan al-Qur’an.
Namun tentu saja ucapan kata,
kalimat hingga bacaan yang dikeluarkan oleh burung beo tidaklah sejelas yang
diucapkan oleh manusia. Lebih dari itu adalah burung-burung itu tidak memahami
apa yang diucapkannya baik dari kata, kalimat juga ayat al-Qur’an. Mereka dan
mengeluarkan kata-kata yang baik seperti al-Qur’an, tetapi tidak mengetahui dan
memahami arti dan maknanya.
Inilah yang terjadi pada sebagian
umat Islam, di mana mereka membaca al-Qur’an ataupun hadits Nabi tetapi tidak mengetahui
arti dan maknanya. Tidak jauh berbeda dengan burung beo dan yang sejenisnya di
mana burung-burung itu mampu melafadzkan sebuah kata dan ucapan tetapi tidak
mengetahui arti dan maknanya. Maka, umat Islam bukan burung beo yang bisa menirukan
ayat-al-Qur’an tetapi tidak tahu arti dan maknanya. Bukan pula muslim yang
mampu membaca al-Qur’an tetapi juga tidak tahu makna yang dibacanya.
Padahal jelas sekali Allah Ta’ala
telah berfirman:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ
لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” QS. Shad: 29.
Pelajaran dari ayat-ayat al-Qur’an
yang dibaca adalah dengan mengetahui artinya serta memahami maknanya. Bukan hanya
membaca tapi tidak paham maknanya, sehingga bagaimana mungkin seorang muslim
mendapatkan pelajaran jika ketika membaca al-Qur’an tidak paham maknanya.
Faktanya masih banyak umat Islam
yang membaca al-Qur’an baik di dalam shalat dan di luarnya yang tidak paham apa
yang dibacanya. Padahal ini menjadi hal penting agar seorang muslim yang
membaca al-Qur’an mendapatkan pelajaran dari apa yang dibacanya. Bagaimana solusinya?
Pertama, pastikan dulu bahwa setiap
muslim mampu membaca al-Qur’an dalam makna mengeja huruf-huruf yang ada di
dalam mushaf. Keutamaannya sangat banyak, sebagaimana riwayat dari Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ
اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم
حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Siapa yang membaca satu huruf dari
al-Quran maka dia mendapat satu pahala. Dan setiap pahala itu dilipatkan
menjadi 10 kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf, tapi
alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf. HR. Turmudzi.
Setelah mampu untuk membaca al-Qur’an
dalam Bahasa Arab, selanjutnya adalah belajar Bahasa Arab sebagai Bahasa al-Qur’an,
agar ia dapat memahami secara langsung ayat-ayat di dalam al-Qur’an. Apabila ia
belum mampu maka dapat membaca terjemahannya sehingga tahu artinya secara Bahasa,
walaupun hal ini juga harus berhati-hati jangan sampai terjemahan yang digunakan
tidak tepat. Apabila ingin lebih mendalam maka bacalah tafsir dari ayat-ayat
al-Qur’an tersebut dari buku-buku (kitab) tafsir yang mu’tabar dan bisa
dipertanggungjawabkan. Tentu saja bimbingan dari seorang guru menjadi sebuah
keniscayaan dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an.
Walaupun demikian, Imam As-Shan’ani
pernah menyatakan,
إن فهم كثير من الآيات والأحاديث
بمجرد قرعها الأسماع لا يحتاج إلى علم النحو ولا الأصول، فترى العامة يسمعون القرآن
فيفهمونه بل ربما كان أثره في قلوبهم أعظم من المجتهدين
Memahami kandungan umum dari ayat
al-Quran dan hadis ketika pertama mendengar, tidak butuh ilmu nahwu dan ushul
fiqh. Anda bisa lihat, masyarakat awam mendengar al-Quran dan mereka bisa
memahaminya. Bahkan bisa jadi pengaruh dalam hatinya lebih besar dibandingkan
yang terjadi para ulama mujtahid.
Maka, bagi umat Islam janganlah
seperti burung beo yang mampu menirukan atau membaca ayat-ayat al-Qur’an tetapi
tidak memahami arti dan maknanya. Wallahua’lam, 31012023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...