Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Kehidupan di era sekarang yang
penuh dengan tantangan, persaingan dan hiruk-pikuk dunia meniscayakan adanya
waktu yang digunakan untuk diri sendiri yang biasa disebut dengan me time atau
waktu untuk diri sendiri. Banyak orang menggunakan istilah me time untuk
kegiatan pribadi yang sifatnya hiburan, healing, mencari kesenangan untuk
diri sendiri dan kegiatan yang tidak melibatkan orang lain. Padahal me time bisa
digunakan lebih bermakna apabila diselaraskan dengan nilai-nilai agama. Bagaimana
caranya?
Islam sangat memperhatikan keadaan
individu seseorang, sehingga setiap individu diperintahkan untuk memperhatikan
apa yang sudah disiapkan untuk hari esok. Allah Ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌۭ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۢ
ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. al-Hasyr/59:18.
Merujuk pada ayat ini maka me
time dapat dilakukan dengan muhasabah diri, yaitu memikirkan,
memperhatikan dan merencanakan segala hal untuk hari esok. Konteks muhasabah
atau mengoreksi diri dianjurkan dalam Islam. Salah satunya adalah atsar dari Umar
bin al-Khaththab, beliau mengatakan,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ
تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ
“Koreksilah diri kalian sebelum
kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada
hari kiamat kelak)” HR. Tirmidzi.
Demikian pula diriwayatkan dari
Maimun bin Mihran, beliau berkata,
لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى
يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ
“Hamba tidak dikatakan bertakwa
hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” HR. Tirmidzis.
Selanjutnya Imam Ibnu Taimiyah berkata,
Hendaklah seorang hamba memiliki waktu-waktu khusus menyendiri untuk berdoa,
shalat, merenung, muhasabah dan memperbaiki hatinya”. (Majmu’ Fatawa 10/637).
Merujuk pada perkataan shahabat dan
para ulama tersebut jelas sekali bahwa kita sebagai seorang muslim haruslah
memiliki waktu khusus untuk bermuhasabah, introspeksi diri dan merencanakan
masa depan baik di dunia atau nanti di akhirat agar lebih baik sesuai dengan
harapan. Sehingga me time adalah waktu yang tepat untuk melakukan hal
tersebut. Jangan sampai me time hanya diisi dengan hal-hal yang
menyenangkan diri sendiri apalagi sampai melakukan hal-hal yang tidak
diperbolehkan dalam Islam.
Waktu me time sendiri tidak
ditentukan secara khusus, namun dalam Islam waktu terbaik adalah ketika manusia
lain sudah tidur, suasana sepi dan hanya dia dan Rabb-nya yang mengetahui,
yaitu sepertiga malam. Waktu ini sangat istimewa karena Allah Ta’ala turun ke
langit dunia untuk mendengar keluh kesah hambaNya. Sudahkan kita melakukannya?
Semoga kita dimudahkan dalam melakukan me time di sepertiga malam.
Wallahu a’lam, 16012023.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...