Selasa, 01 Maret 2011

Bila Harus Berbagi Suami…


Oleh : Bambang Sahaja

Ngebaca judul tulisan ini pasti deh yang dibayangin adalah berbagi suami alias poligami. Baca ulang aja lagi “Bila Harus Berbagi Suami....”, satu suami banyak istri ih..... ngeri!!!. Kalem dulu dong.... tulisan ini sama sekali nggak menyinggung masalah poligami, bener... gak bohong. Ini tulisan cuman ngebahas tentang ketika harus berbagi suami... (“Berbagi suami?, dengan siapa? Istri muda lagi? Nambah lagi? Atau punya 'sekretaris pribadi' ?”) Wah.... wah... sabar.... sabar. Berbagi suami di sini adalah ketika suami itu ternyata gak cuman milik kita...  (Milik siapa? Tetangga?, istri muda? Wanita tuna susila?) Ih.... ko' pikirannya ngeres gitu sih.... bukan lagi, ini tulisan ngebahas tentang bila harus berbagai suami.... (maaf tidak ada komentar.....) betul bila harus berbagi suami.... berarti ketika suami yang kita miliki satu-satunya (Ya iyyalah masa Poliandri) ternyata bukan hanya milik kita... (Maaf tidak ada komentar lagi....). eh... tadi ko' pake kata “kita” emang yang nulis misua apa trisi? ya.... misua lah.. alias suami cuma ya sebagai bentuk kebersamaan dan kegotong-royongan jadi “kita” mewakili trisi. Setuju? Setuju gak setuju maju terus.....
Ternyata suami kita bukan hanya milik kita, ia adalah milik Allah ta'ala (Eta mah... jelas atuh kasep....) emang udah jelas, tapi kejelasan yang perlu penjelasan saudara-saudari celana robek kanan kiri, dipakai sama....... yang baca tulisan ini.... (Ih.... porno lagi). Gak.... afwan bercanda. Maksudnya milik Allah ta'ala adalah milik bersama.... kita bisa dalam rangka Indonesia merdeka... eh bukan..... mendapatkan keridhaanNya. Milik bersama berarti milik umat Islam semuanya.... biasanya sih yang suaminya berprofesi sebagai da'i.
(Benar... seratus buat penulis.... laki saya tuh.... jarum super banget (tau khan? “Jarang Di Rumah Suka Pergi”) plus Gudang Garam (apaan coba.....?) sepertinya tidak ada waktu buat keluarga? Sibuk terus setiap hari... ngisi pengajian lah.... ada seminar lah... ngajar private dll, dsb, de es teh... de es kelapa.... de es cingcau.... de es campur.... banyak deh yang lainnya).
Nah... masalah kaya' gini nih... yang bakal dibahas di tulisan ini. Jadi gak ada kaitannya dengan poligami khan? Khan....... yes My Name Is Khan....
Suami dengan segudang profesi biasanya emang memiliki waktu yang sedikit buat keluarga. Ini bukan berarti perhatian sang suami berkurang lho.... justru seharusnya sebaik seorang istri yang baik hati, suka mengaji dan penginnya disayang suami kudu ngerti agenda suami. Bukan pula kudu mata-matai semua kegiatan suami. Percayalah padanya.... niscaya anda akan mendapatkan ridhanya. Sebenarnya sih.. kesibukan suami juga untuk keluarga juga. Pergi pagi pulang petang or malam, kadang-kadang begadang paginya pergi lagi. Paling ada waktu di rumah kalau hari sabtu atau ahad, itu juga dipakai ngajar di sekolah.... “Buat nambah-nambah katanya” nambah apaan nih.....? penghasilan lah.... masa' istri sih....
Nah.... ini yang saya maksud dengan berbagi suami... artinya ya... kita sebagai istri harus rela dan ridho plus roma kalau ternyat suami bukan hanya milik kita, tapi juga milik umat Islam sedunia dan alam raya termasuk Pemiliknya. Bener banget.... suami kita ternyata bukan hanya milik kita, ia adalah milik Allah ta'ala yang berarti suami juga punya kewajiban untuk menyembahNya, misalnya dalam bentuk berdakwah di jalanNya. Ini berarti kita harus siap-siap berbagi suami dengan orang lain... jelas maksudnya berbagi waktunya bukan kesuamiannya.
Ane pernah denger dari seorang da'i, dia bilang “Satu langkah saya keluar rumah, itu berarti saya dalah milik umat” Wah.... mulia banget ya... tentu saja maksudnya adalah ketika ia keluar rumah maka ia adalah milik umat, mendidik dan membina umat.
Jadi sudah paham khan maksud bila harus berbagi suami? Kalau belum paham baca ulang lagi saja, tapi kalau kelamaan ya ane simpulkan deh.... Pertama : Berbagi suami berarti suami kita bukan seratus persen milik kita, jadi pada diri suami ada hak orang lain. Dalam hal ini tentu saja hak umat yang harus ditunaikan oleh suami. Kedua : sebagai seorang istri yang baik hati kita harus memahami, mengerti, toleransi dan empati dengan keadaan suami yang harus selalu pergi untuk melaksanakan panggian Ilahi..... (Wafat dong.... ?) ya enggak lah maksudnya panggilan untuk mendakwahkan syariahNya. Jangan sampai suami udah capek-capek baru pulang, istri manyun aja.... siap-siap aja suami pindah ke rumah yang nggak ada bapaknya. Ketiga : berbagi suami adalah kita menyadari ternyata suami itu memang bukan milik kita, kebahagiaan yang kita rasakan bisa jadi akan diambil olehNya, karena itu …. hiks......hiks.... cintailah suami anda karena Allah ta'ala... biarkan suami melaksanakan panggilanNya. Biarkan suami melaksanakan syariahNya......... (termasuk poligami kaleee ya..... )..... Wah..... ha...ha.. kena juga, akhirnya kembali ke poligami juga.     

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...